Perjalanan Seni
Seorang penulis, Ch. E. P. Van Kerchkhoff, pada 1886 menyatakan dalam sebuah tulisan berkala pada masa itu bahwa karya-karya sastra Melayu sering diangkat ke atas pentas seni pertunjukkan, antara lain mencatat, ada enam buah syair dan dua buah hikayat yang telah dimainkan dalam bentuk drama. (Lihat Nafron Hasjim, 1981 / 1982).
Khusus mengenai perjalanan seni pertunjukkan Wayang Bangsawan, dahulunya di Kepulauan Riau asa beberapa cerita yang diangkat dari cerita Syair dalam lakonan bangsawan (sekitar abad ke-19), paling tidaknya dijadikan ilham atau bahan cerita, yaitu:
Seorang penulis, Ch. E. P. Van Kerchkhoff, pada 1886 menyatakan dalam sebuah tulisan berkala pada masa itu bahwa karya-karya sastra Melayu sering diangkat ke atas pentas seni pertunjukkan, antara lain mencatat, ada enam buah syair dan dua buah hikayat yang telah dimainkan dalam bentuk drama. (Lihat Nafron Hasjim, 1981 / 1982).
Khusus mengenai perjalanan seni pertunjukkan Wayang Bangsawan, dahulunya di Kepulauan Riau asa beberapa cerita yang diangkat dari cerita Syair dalam lakonan bangsawan (sekitar abad ke-19), paling tidaknya dijadikan ilham atau bahan cerita, yaitu:
- Syair Menyambut Sultan Bintan, awal abad ke-19 (N.N)
- Syair Siti Zuwaiyah, circa 1820 (Tuan Bilal Abu).
- Syair Haris, circa 1830 (Tuan Bilal Abu).
- Syair Sultan Yahya, 1840 (Daeng Wuh).
- Syair Perang Johor, 1844 (N.N)
- Syair Abdul Muluk, 1849 (Raja Ali Haji/Shalihat)
- Syair Madi, 1849 (Yamtuan Abdullah).
- Syair Kumbang Mengindera, 1850 (Raja Safiah).
- Syair Sultan Mahmud di Lingga, 1857 (Encik Kamariah).
- Syair Kahar Mahsyur, 1858 (Yamtuan Abdullah).
- Syair Syarkam, 1858 (Yamtuan Abdullah).
- Syair Encik Dosanan, 1858 (Yamtuan Abdullah).
- Syair Saudagar Bodoh, (1861 Raja Kalsum).
- Syair Hikayat Raja Damsyik, 1864 (Haji Ibrahim).
- Syair Hikayat Tukang Kayu yang Bijaksana dengan Tukang Emas yang Durjana, 1894 (Haji Abdul Rahim).
- Syair Kisah Keling dengan Ba’yah dan Rahimah, 1894 (Haji Abdul Karim).
- Syair Pahlawan Farhad, tanpa tahun (Abu Muhammad Adnan).
- Ghayat Al-Muna, tanpa tahun (Abu Muhammad Adnan).
- Syair Seribu Satu Hari, cetak 1918 (Abu Muhammad Adnan).
- Syair Syahinsah, cetak 1922 (Abu Muhammad Adnan).
- Syair Khadamuddin, cetak 1926 (Aisyah Sulaiman).
- Dan lain-lain.