Abu Muhammad Adnan
Abu Muhammad Adnan meninggal dunia tahun 1926, memang sepatutnya diperhatikan karena perannya dalam kesenian dan kebudayaan pada waktu dulu. Nama pena Abu Muhammad Adnan itu dipakainya dengan penuh kasih karena bersempena dengan nama anak sulungnya yang meninggal pada usia yang sangat muda.
Ia bukanlah seorang yang banyak terlibat dalam urusan Wayang Bangsawan. Akan tetapi, sebagai seniman (pelukis, pematung, dan pengarang) di samping sebagai seorang pejabat di Mahkamah Kerajaan, ia sering diminta oleh kumpulan Wayang Bangsawan di istana untuk memberikan bahan-bahan cerita dan memberikan saran utnuk dekorasi. Dalam simpanan Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat ada contoh-contoh gambar (dengan pensil) yang dibuat oleh Abu Muhammad Adnan untuk model tata busana para pelakon Wayang Bangsawan untuk cerita-cerita tertentu mulai dari raja, menteri, penjahat, orang asing, jin sampai khadam.
Abu Muhammad Adnan (di tempat tinggalnya) lebih dikenal dengan nama Engku Haji Lah (nama sebenarnya Raja Haji Abdullah) juga mengarang buku pelajaran Bahasa Melayu Riau seperti (1) Pembuka Lidah dengan Teladan Umpama yang mudah, (2) Penolong bagi yang Menuntut akan Pengetahuan yang Patut, dan (3) Pembukaan bagi yang Berkehendak dengan Huraian yang Pandak. Kesempatan memberikan pelajaran bahasa itu dipakai dengan memberikan bahan-bahan cerita kepada kelompok Wayang Bangsawan istana yang memerlukan bantuannya dalam banyak hal. Karena bacaanya yang luas (perpustakaan pribadinya berisi buku-buku berbahasa Arab, Perancis, dan Melayu) pada pelbagai kesempatan, baik yang ia tuliskan dalam buku-buku karangan dan buku-buku hasil terjemahannya. Tersebutlah sekalimat ungkapan beliau yang berbunyi: “Apabila diarahkan dengan jitu, al-khayalan akan merangsang pikiran sehingga hasilnya pun akan menjadi berfaedah, bermanfaat, bermakna”.
Di antara tokoh-tokoh dalam cerita Wayang Bangsawan tampaknya penokohan Jin dan Khadam merupakan tokoh-tokoh yang paling melekat dalam ingatan penonton. Ini dibuktikan dengan melekatnya nama panggung kepada seseorang yang pernah memainkan peranan Jin dan Khadam sehingga terdapat nama orang-orang seperti Raja Mamud Jin, Mat Tahir Jin, Pak Usin Kadam dan sebagainya. Nama panggung seorang pemeran senantiasa lebih dirasakan akrab jika dibandingkan dengan pemakaian nama kelahiran.
Abu Muhammad Adnan meninggal dunia tahun 1926, memang sepatutnya diperhatikan karena perannya dalam kesenian dan kebudayaan pada waktu dulu. Nama pena Abu Muhammad Adnan itu dipakainya dengan penuh kasih karena bersempena dengan nama anak sulungnya yang meninggal pada usia yang sangat muda.
Ia bukanlah seorang yang banyak terlibat dalam urusan Wayang Bangsawan. Akan tetapi, sebagai seniman (pelukis, pematung, dan pengarang) di samping sebagai seorang pejabat di Mahkamah Kerajaan, ia sering diminta oleh kumpulan Wayang Bangsawan di istana untuk memberikan bahan-bahan cerita dan memberikan saran utnuk dekorasi. Dalam simpanan Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat ada contoh-contoh gambar (dengan pensil) yang dibuat oleh Abu Muhammad Adnan untuk model tata busana para pelakon Wayang Bangsawan untuk cerita-cerita tertentu mulai dari raja, menteri, penjahat, orang asing, jin sampai khadam.
Abu Muhammad Adnan (di tempat tinggalnya) lebih dikenal dengan nama Engku Haji Lah (nama sebenarnya Raja Haji Abdullah) juga mengarang buku pelajaran Bahasa Melayu Riau seperti (1) Pembuka Lidah dengan Teladan Umpama yang mudah, (2) Penolong bagi yang Menuntut akan Pengetahuan yang Patut, dan (3) Pembukaan bagi yang Berkehendak dengan Huraian yang Pandak. Kesempatan memberikan pelajaran bahasa itu dipakai dengan memberikan bahan-bahan cerita kepada kelompok Wayang Bangsawan istana yang memerlukan bantuannya dalam banyak hal. Karena bacaanya yang luas (perpustakaan pribadinya berisi buku-buku berbahasa Arab, Perancis, dan Melayu) pada pelbagai kesempatan, baik yang ia tuliskan dalam buku-buku karangan dan buku-buku hasil terjemahannya. Tersebutlah sekalimat ungkapan beliau yang berbunyi: “Apabila diarahkan dengan jitu, al-khayalan akan merangsang pikiran sehingga hasilnya pun akan menjadi berfaedah, bermanfaat, bermakna”.
Di antara tokoh-tokoh dalam cerita Wayang Bangsawan tampaknya penokohan Jin dan Khadam merupakan tokoh-tokoh yang paling melekat dalam ingatan penonton. Ini dibuktikan dengan melekatnya nama panggung kepada seseorang yang pernah memainkan peranan Jin dan Khadam sehingga terdapat nama orang-orang seperti Raja Mamud Jin, Mat Tahir Jin, Pak Usin Kadam dan sebagainya. Nama panggung seorang pemeran senantiasa lebih dirasakan akrab jika dibandingkan dengan pemakaian nama kelahiran.