Disetiap daerah atau kawasan mempunyai jenis makanan yang tersendiri. Kalau di Inderagiri (Hulu dan Hilir) ada boulu berendam, di Tambelan (Kepuluauan Riau) ada Bingka Berendam. Boleh dikatakan di setiap daerah memang mempunyai makanan yang khas dan mempunyai cita rasa tersendiri, dan ianya memang tak dapat di nafikan lagi oleh sesiapapun.
Di Kepulauan Riau ini ada berbagai masakan yang menggunakan bahan dasarnya beras. Ianya dapat diolah menjadi nasi biasa, nasi dagang, nasi lemak, nasi buryani dan lain sebagainya. Demikian juga dengan lauk pauknya misalnya sotong : sotong dapat dibuat tumis sotong, gula merah, gulai hitam, gulai lemak sotong dengan santan, sotong asam pedas, sotong baker, sotong kering, sotong diisi di dalam dengan pulut dan berbagai macam lainnya.
Dikalangan orang Melayu ada ungkapan bagi mereka yang menyenangi makanan yang serba lezat itu yang disebut “menjamu selera”. Dengan memperhatikan macam dan jenis masakan Kepulauan Riau yang beragam dan dapatlah disimpulkan bahwa Kepulauan Riau memang merupakan suatu tempat yang bagus untuk menjamu selera.
Ketinggian budaya suatu bangsa dapat ditandai dengan banyaknya ragam dan rumitnya penghidangan seni dapur dalam kehidupan bangsa tersebut. Tiadalah mengherankan kalau Sigmund Freud pernah memandang rendah kepada orang Amerika karena melihat dari seni dapurnya yang sangat sederhana sekali, sepotong daging yang dipanggang di api unggun dengan bumbu hanya sedikit garam itu saja. Tanpa menggunakan cekur (kencur), kunyit, asam, halia, serai, halba, santan, gula dan lain sebagainya.
Berbeda dengan negeri-negeri yang berkebudayaan tinggi dengan seni makanan yang rumit, kaya ragamnya. Semisal negeri Cina, Yunani, Romawi, Mesir dan negeri lain yang dikenal berkebudayaan tinggi yang tercatat dalam sejarah.
Sejarah seni dapur telah mempunyai usia yang panjang, sepanjang usia peradaban manusia. Catatan tentang resep masakan dan makanan telah sejak lama dilakukan dalam berbagai kebudayaan dunia. Hampir semua kebudayaan yang memakai tulisan menghasilkan buku seni dapur.
Dalam “Encyclopedie Britannica” dan “Encyclopedie Americana” dinyatakan bahwa catatan yang paling tua dalam seperkara masak memasak, dihasilkan oleh kebudayaan Yunani Lama, yaitu suatu himpunan yang diberi nama “Hedypatheia” (serba lezat) yang disusun oleh Archestratus pada 350 tahun Sebelum Masehi dan “Dipnosophistai” (pesta makan pilihan) disusun oleh Athenaeus pada dua abad sebelum masehi. Sedangkan pada abad ke- 9 di Italia terdapat sebuah manuskrip berjudul “De re coquinaria” karya Macus Gavius Apicius. Adapun buku makanan yang dicetak pada tahun 1475 berjudul “De honesta voluptate” karya Bortolomeo de’ Sacchi dari Italia. Dari Prancis menghasilkan dua buku penting dibidang seni dapur yaitu “Le managier de Paris” (Nyonya Rumah di Paris) yang diterbitkan pada tahun 1394 dan yang diterbitkan pada tahun 1651.
Buku resep makanan yang ditulis pertama kali oleh seorang perempuan adalah “The Queen-like Closed or Rich Cabinet” yang disusun oleh Hannah Wooley dan diterbitkan pada tahun 1670. kemudiannya di Inggris ada pula sebuah buku yang berjudul “Modern Cookery for Private Families” oleh Eliza Acton pada tahun 1845. Dipertengan abad ke-19, rahasia seni dapur Prancis dihidangkan oleh Alexis Soyer dengan judul “Shilling Cookery for the People”. Sedangkan pada tahun 1896, Fannie Merrit Farmer menerbitkan menerbitkan buku masakannya yang terkenal “The Boston Cookeing School Cook Book”.
Di Kepulauan Riau ini ada berbagai masakan yang menggunakan bahan dasarnya beras. Ianya dapat diolah menjadi nasi biasa, nasi dagang, nasi lemak, nasi buryani dan lain sebagainya. Demikian juga dengan lauk pauknya misalnya sotong : sotong dapat dibuat tumis sotong, gula merah, gulai hitam, gulai lemak sotong dengan santan, sotong asam pedas, sotong baker, sotong kering, sotong diisi di dalam dengan pulut dan berbagai macam lainnya.
Dikalangan orang Melayu ada ungkapan bagi mereka yang menyenangi makanan yang serba lezat itu yang disebut “menjamu selera”. Dengan memperhatikan macam dan jenis masakan Kepulauan Riau yang beragam dan dapatlah disimpulkan bahwa Kepulauan Riau memang merupakan suatu tempat yang bagus untuk menjamu selera.
Ketinggian budaya suatu bangsa dapat ditandai dengan banyaknya ragam dan rumitnya penghidangan seni dapur dalam kehidupan bangsa tersebut. Tiadalah mengherankan kalau Sigmund Freud pernah memandang rendah kepada orang Amerika karena melihat dari seni dapurnya yang sangat sederhana sekali, sepotong daging yang dipanggang di api unggun dengan bumbu hanya sedikit garam itu saja. Tanpa menggunakan cekur (kencur), kunyit, asam, halia, serai, halba, santan, gula dan lain sebagainya.
Berbeda dengan negeri-negeri yang berkebudayaan tinggi dengan seni makanan yang rumit, kaya ragamnya. Semisal negeri Cina, Yunani, Romawi, Mesir dan negeri lain yang dikenal berkebudayaan tinggi yang tercatat dalam sejarah.
Sejarah seni dapur telah mempunyai usia yang panjang, sepanjang usia peradaban manusia. Catatan tentang resep masakan dan makanan telah sejak lama dilakukan dalam berbagai kebudayaan dunia. Hampir semua kebudayaan yang memakai tulisan menghasilkan buku seni dapur.
Dalam “Encyclopedie Britannica” dan “Encyclopedie Americana” dinyatakan bahwa catatan yang paling tua dalam seperkara masak memasak, dihasilkan oleh kebudayaan Yunani Lama, yaitu suatu himpunan yang diberi nama “Hedypatheia” (serba lezat) yang disusun oleh Archestratus pada 350 tahun Sebelum Masehi dan “Dipnosophistai” (pesta makan pilihan) disusun oleh Athenaeus pada dua abad sebelum masehi. Sedangkan pada abad ke- 9 di Italia terdapat sebuah manuskrip berjudul “De re coquinaria” karya Macus Gavius Apicius. Adapun buku makanan yang dicetak pada tahun 1475 berjudul “De honesta voluptate” karya Bortolomeo de’ Sacchi dari Italia. Dari Prancis menghasilkan dua buku penting dibidang seni dapur yaitu “Le managier de Paris” (Nyonya Rumah di Paris) yang diterbitkan pada tahun 1394 dan yang diterbitkan pada tahun 1651.
Buku resep makanan yang ditulis pertama kali oleh seorang perempuan adalah “The Queen-like Closed or Rich Cabinet” yang disusun oleh Hannah Wooley dan diterbitkan pada tahun 1670. kemudiannya di Inggris ada pula sebuah buku yang berjudul “Modern Cookery for Private Families” oleh Eliza Acton pada tahun 1845. Dipertengan abad ke-19, rahasia seni dapur Prancis dihidangkan oleh Alexis Soyer dengan judul “Shilling Cookery for the People”. Sedangkan pada tahun 1896, Fannie Merrit Farmer menerbitkan menerbitkan buku masakannya yang terkenal “The Boston Cookeing School Cook Book”.