Seperti diketahui, air merupakan keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari manusia. Tiadalah dapat dibayangkan kehidupan tanpa air. Setiap hari kita memerlukan untuk keperluan minum, mencuci dan mandi. Kebersihan sangat erat hubungannya dengan air dan bagaimana kita memperlakukan air bekas cucian itu.
Karena itu sumber air, terutama untuk keperluan makan dan minum selalu menjadi masalah di daerah pantai yang dapat dicapai air laut ketika pasang. Sebab didaerah-daerah seperti ini air tanah tak dapat dipergunakan sebagai air minum. Sumber air minum di daerah ini satu-satunya adalah air hujan. Bila musim kemarau datang, sekaleng air hujan sangat berharga dan karena itu air menjadi barang dagangan yang diperjual-belikan orang.
Hal seperti ini biasanya terjadi di daerah-daerah pesisir seperti Bagan siapi-api, Dumai, Bengkalis, Selat Panjang, Tembilahan, Enok dan lain-lain. Hal yang sedemikian menjadi masalah umum pula pada beberapa tempat di daerah Kepulauan Riau. Akan sangat mujurlah tempat-tempat yang mempunyai sumber air minum yang berasal dari mata air yang mengalir dari bukit-bukit atau gunung melalui sungai-sungai kecil ke daerah pantai, atau daerah yang agak ketinggian sehingga tidak tercapai oleh air laut yang meresap ke dalam tanah. Daerah ini dapat dibuat sumur untuk sumber air minum.
Di daerah Kepulauan Riau sebagian daerahnya terdiri atas daratan yang berbukit-bukit kecil, sehingga di sebahagian daerah tersebut, sumber air minum dapat diambil dari air tanah, baik dengan cara membuat sumur maupun dari mata air yang berasal dari bukit atau gunung.
Masalah lain yang ditimbulkan dari air adalah bekas air yang digunakan di dapur. Kegiatan memasak dan makan yang berlangsung setiap hari, dan berpusat di dapur selain menghasilkan air kotor juga menghasilkan sampah buangan dapur. Lalu bagaimana masyarakat memperlakukan limbah air dan sampah buangan dapur yang merupakan kebiasaan menurut tradisinya.
Dari penelitian yang dilakukan di beberapa daerah ditemukan banyak persamaan dalam cara memperlakukan air limbah dan sampah buangan dapur oleh masyarakat. Yaitu air limbah cucian di buang di bawah pelantar. Genangan air di bawah pelantar itu kemudian dialirkan melalui parit ketempat pembuangan dibelakang dapur. Air limbah ini kadang-kadang dipergunakan untuk pupuk tanam-tanaman sayur yang ada di sekitarnya. Tapi lebih sering tidak, karena daerah sekitar “pelimbahan” itu pada umumnya sudah subur. Disekitar pelimbahan ini biasanya ditanami dengan sirih, pisang, kelapa, dan tanam-tanaman untuk obat dan keperluan-keperluan dapur lainnya.
Sedangkan sampah buangan dapur seperti sisa-sisa bahan makanan, daun atau kertas pembungkus dan sebagainya biasanya dikumpulkan ke dalam keranjang yang disediakan dekat tungku dapur. Sisa-sisa makanan yang terserak di lantai di sapukan dan dikumpulkan ke dalam keranjang sampah. Remah nasi itu tak boleh jatuh ke bawah lantai. Karena itu, terutama di waktu malam, dipantangkan menyapu lantai.
Sampah dapur yang terkumpul dalam keranjang sampah, kemudian di buang ketempat “pelimbahan”, yaitu tempat khusus membuang sampah yang terdapat di belakang dapur. Pelimbahan ini merupakan sebuah lobang dalam lingkungan pekarangan, setelah sampahnya penuh kemudian ditimbun atau di bakar. Karena itu lingkungan pelimbahan ini tanahnya sangat subur. Di sekitar ini ditanam kelapa atau pohon buah-buahan. Sampah pekarangan disapukan juga ke daerah ini.
Karena itu sumber air, terutama untuk keperluan makan dan minum selalu menjadi masalah di daerah pantai yang dapat dicapai air laut ketika pasang. Sebab didaerah-daerah seperti ini air tanah tak dapat dipergunakan sebagai air minum. Sumber air minum di daerah ini satu-satunya adalah air hujan. Bila musim kemarau datang, sekaleng air hujan sangat berharga dan karena itu air menjadi barang dagangan yang diperjual-belikan orang.
Hal seperti ini biasanya terjadi di daerah-daerah pesisir seperti Bagan siapi-api, Dumai, Bengkalis, Selat Panjang, Tembilahan, Enok dan lain-lain. Hal yang sedemikian menjadi masalah umum pula pada beberapa tempat di daerah Kepulauan Riau. Akan sangat mujurlah tempat-tempat yang mempunyai sumber air minum yang berasal dari mata air yang mengalir dari bukit-bukit atau gunung melalui sungai-sungai kecil ke daerah pantai, atau daerah yang agak ketinggian sehingga tidak tercapai oleh air laut yang meresap ke dalam tanah. Daerah ini dapat dibuat sumur untuk sumber air minum.
Di daerah Kepulauan Riau sebagian daerahnya terdiri atas daratan yang berbukit-bukit kecil, sehingga di sebahagian daerah tersebut, sumber air minum dapat diambil dari air tanah, baik dengan cara membuat sumur maupun dari mata air yang berasal dari bukit atau gunung.
Masalah lain yang ditimbulkan dari air adalah bekas air yang digunakan di dapur. Kegiatan memasak dan makan yang berlangsung setiap hari, dan berpusat di dapur selain menghasilkan air kotor juga menghasilkan sampah buangan dapur. Lalu bagaimana masyarakat memperlakukan limbah air dan sampah buangan dapur yang merupakan kebiasaan menurut tradisinya.
Dari penelitian yang dilakukan di beberapa daerah ditemukan banyak persamaan dalam cara memperlakukan air limbah dan sampah buangan dapur oleh masyarakat. Yaitu air limbah cucian di buang di bawah pelantar. Genangan air di bawah pelantar itu kemudian dialirkan melalui parit ketempat pembuangan dibelakang dapur. Air limbah ini kadang-kadang dipergunakan untuk pupuk tanam-tanaman sayur yang ada di sekitarnya. Tapi lebih sering tidak, karena daerah sekitar “pelimbahan” itu pada umumnya sudah subur. Disekitar pelimbahan ini biasanya ditanami dengan sirih, pisang, kelapa, dan tanam-tanaman untuk obat dan keperluan-keperluan dapur lainnya.
Sedangkan sampah buangan dapur seperti sisa-sisa bahan makanan, daun atau kertas pembungkus dan sebagainya biasanya dikumpulkan ke dalam keranjang yang disediakan dekat tungku dapur. Sisa-sisa makanan yang terserak di lantai di sapukan dan dikumpulkan ke dalam keranjang sampah. Remah nasi itu tak boleh jatuh ke bawah lantai. Karena itu, terutama di waktu malam, dipantangkan menyapu lantai.
Sampah dapur yang terkumpul dalam keranjang sampah, kemudian di buang ketempat “pelimbahan”, yaitu tempat khusus membuang sampah yang terdapat di belakang dapur. Pelimbahan ini merupakan sebuah lobang dalam lingkungan pekarangan, setelah sampahnya penuh kemudian ditimbun atau di bakar. Karena itu lingkungan pelimbahan ini tanahnya sangat subur. Di sekitar ini ditanam kelapa atau pohon buah-buahan. Sampah pekarangan disapukan juga ke daerah ini.