Keesokan harinya, pagi-pagi diadakan upacara mandi-mandi bagi kedua pengantin. Acara ini selain untuk kedua pengantin diikuti pula oleh para kerabat dekat dan tetangga dekat yang ingin mengikuti acara. Acara madni-mandi biasanya dilakukan di tengah rumah atau tempat khusus yang disediakan untuk upacara mandi-mandi.
Peralatan mandi-mandi itu ialah :
Adapun acara mandi-mandi ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami isteri. Untuk itu seluruh keluarga menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT. Di samping itu sebagai ucapan terima kasih kepada seluruh kerabat yang telah membantu.
Kemudian, pengantin laki-laki memakai sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan pengantin perempuan memakai sarung batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim disebut sebagai “kain basah” yang dipergunakan dalam upacara mandi-mandi.
Sebelum kedua pengantin disandingkan (duduk berdampingan) Mak Andam menepuk tepung tawar. Setelah itu pengantin dibedak dilangir lalu dibilas air bersih dengan menggunakan batil perak. Acara ini dilanjutkan dengan permainan tarik menarik anyaman pucuk kelapa oleh kedua pengantin, dan siram menyiram air.
Setelah selesai permainan ini, kedua pengantin dimandikan dengan air tolak bala. Sesudah itu, pengantin mengenakan “kain sesarung”, yaitu kedua pengantin masuk dalam satu sarung. Selanjutnya pengantin dikelilingi dengan talam berisi padi, nyiur bulat, benang tukal, lilin, bercermin sebanyak tiga kali. Hal tersebut melambangkan bahwa dalam berumah tangga akan mengalami perjalanan hidup yang penuh bahaya dan tantangan yang harus dihadapi dengan sabar dan keimanan. Kedua pengantin juga diharapkan dapat hidup dengan aman, tenteram dan berkecukupan serta diberkahi keturunan yang baik-baik.
Setelah acara selesai kedua pengantin dibawa masuk ke billik pengantin. Sedangkan acara siram-siraman di luar, masih dilanjutkan antara para jemputan. Upacara bermandi-mandi ini merupakan upacara penutupan dari pelaksanaan majelis pernikahan di rumah pengantin perempuan.
Peralatan mandi-mandi itu ialah :
- - kain sarung batik
- - peralatan tepung tawar
- - tepak sirih
- - anyaman pucuk nyiur
- - gayung dan batil perak
- - cepak berisi padi
- - nyiur bulat
- - benang tukal
- - lilin
- - cermin
Adapun acara mandi-mandi ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami isteri. Untuk itu seluruh keluarga menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT. Di samping itu sebagai ucapan terima kasih kepada seluruh kerabat yang telah membantu.
Kemudian, pengantin laki-laki memakai sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan pengantin perempuan memakai sarung batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim disebut sebagai “kain basah” yang dipergunakan dalam upacara mandi-mandi.
Sebelum kedua pengantin disandingkan (duduk berdampingan) Mak Andam menepuk tepung tawar. Setelah itu pengantin dibedak dilangir lalu dibilas air bersih dengan menggunakan batil perak. Acara ini dilanjutkan dengan permainan tarik menarik anyaman pucuk kelapa oleh kedua pengantin, dan siram menyiram air.
Setelah selesai permainan ini, kedua pengantin dimandikan dengan air tolak bala. Sesudah itu, pengantin mengenakan “kain sesarung”, yaitu kedua pengantin masuk dalam satu sarung. Selanjutnya pengantin dikelilingi dengan talam berisi padi, nyiur bulat, benang tukal, lilin, bercermin sebanyak tiga kali. Hal tersebut melambangkan bahwa dalam berumah tangga akan mengalami perjalanan hidup yang penuh bahaya dan tantangan yang harus dihadapi dengan sabar dan keimanan. Kedua pengantin juga diharapkan dapat hidup dengan aman, tenteram dan berkecukupan serta diberkahi keturunan yang baik-baik.
Setelah acara selesai kedua pengantin dibawa masuk ke billik pengantin. Sedangkan acara siram-siraman di luar, masih dilanjutkan antara para jemputan. Upacara bermandi-mandi ini merupakan upacara penutupan dari pelaksanaan majelis pernikahan di rumah pengantin perempuan.