Adapun mengantar tanda setelah batas waktu yang telah ditentukan berdasarkan kepada kesepakatan bersama. Perihal mengantar tanda ini adalah sebagai pernyataan kesungguhan dari pihak keluarga laki-laki untuk mempersunting si anak dara dari keluarga pihak perempuan. Selain itu mengantar tanda berarti bujang dan dara sudahlah terikat menjadi calon suami isteri. Dengan demikian si anak dara tersebut tiada boleh diganggu oleh bujang yang lain.
Dalam pengertian yang lain, mengantar tanda juga disebut sebagai acara pertunangan karena dalam acara mengantar tanda ini biasanya yang dibawa adalah sebentuk cincin yang diberikan kepada si anak dara sebagai tanda bahwa ia telah ada yang punya.
Lazimnya mengantar tanda ini sudahlah bersefahaman antara kedua belah pihak, apakah itu kepada kelengkapannya, jumlah dan kepada masa yang tepat untuk pengantarannya. Pekerjaan mengantar tanda ini biasanya dilakukan malam hari, sebaik-baiknya adalah setelah shalat Isya. Dan dilakukan oleh wakil yang telah dipercayai oleh pihak keluarga laki-laki. Sebaiknya adalah orang yang menjadi wakil ketika saat meminang tempo hari, tetapi jumlah orangnya lebih banyak jika dibanding pada masa meminang. Galibnya kedua orang tua calon pengantin laki-laki tetaplah tiada diperkenankan mengikut dalam acara ini.
Kelengkapan dari mengantar tanda ini bolehlah kita bagi menjadi tiga bagian :
Ada pun kesemua antaran itu hendaklah pula menjadi kebiasaan adalah disusunkan pada suatu tempat yang disebut “pahar” atau “talam berkaki”, adapula yang menyebutnya dengan “semberit” yang ditutup dengan tudung saji. Pahar ini dikemas atau pun disusun kepada urutan yang sudah ditentukan. Kira-kira bolehlah hendak disusunkan, yaitu :
Kemudiannya dari pihak perempuan pun dikehendaki untuk menyiapkan kelengkapannya. Lazimnya kelengkapan itu adalah seperti berikut :
Syahdan pada hari yang telah ditentukan, setelah Isya maka rombongan dari pihak laki-laki pun telah sampailah di rumah pihak perempuan. Rombongan itu pun disambutlah dengan baiknya oleh pihak yang menanti atau wakil dari pihak perempuan.
Pekerjaan yang sedemikian itu hendak pula diberikan gambaran dengan cara yang sudah-sudah, yaitu :
Setelah kesemua orang yang terlibat sudah pun berkumpul, maka kedua wakil itu pun saling duduk berhadapan. Dimulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” oleh pihak laki-laki yang kemudiannya juga disambut dengan ucapan “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” oleh wakil pihak perempuan. Maka acara pun dimulai dengan berpantun-pantun.
01. Pihak Laki-laki
Bukan kentang sebarang kentang,
Kentang diletak tepi perigi,
Bukan datang sebarang datang,
Datang hendak memenuhi janji.
02. Pihak Perempuan
Ikan duri, si ikan selar,
Dalam sampan berangkai-rangkai,
Kalau janji sudah diikrar,
Tolong katakan, tolong disampai.
03. Pihak Laki-laki
Pagi-pagi membeli kurme,
Untuk santapan kalau berbuke,
Pinangan sudah kami terime,
Hari ini mengantar tande.
Kalau makan si pulut jande,
Jangan lupe bilas penganan,
Kami ade membawa tande,
Yang lainnye menjadi iringan.
[sambil menyerahkan tepak sirih untuk dicicip]
Indah tarian lemah gemulai,
Senyum dikulum dipilis-pilis,
Kami dulukan si bunge rampai,
Untuk pengharum dalam majelis.
[sambil menyerahkan bunga rampai]
Hinggap di dahan burung pelatuk,
Jangan dikerat buah bidare,
Kami serahkan cincin sebentuk,
Sebagai pengikat si anak dare.
[sambil menyerahkan sebentuk cincin, keris]
Hari petang berkarang lokan,
Umpan penabur ikan pelate,
Persalinan pakaian diserahkan,
Hanye sekadar tande mate.
[sambil menyerahkan kain tenunan, bahan baju, selendang/kerudung, kasut/sendal, alat rias, handuk]
Membawe jale pergi menjaring,
Masuk ke rage ikan gulame,
Buah dan kue sebagai pengiring,
Untuk keluarge menjamu selere.
[sambil menyerahkan kue hasidah, halua, pisang raja, limau manis, limau bali, buah kurma, kismis]
04. Pihak Perempuan
Pergi ke Medan memakai kopiah,
Sambil berjalan membawe minyak,
Mengape tuan bersusah payah,
Membawe antaran terlalu banyak.
Daun selasih di tengah laman,
Terbang sekawan si rame-rame,
Terime kasih kami ucapkan,
Barang antaran kami terime.
Penjelasan :
Pantun-pantun yang diungkapkan itu disampaikan sebagai pembuka acara, selanjutnya semua kelengkapan antaran itu pun dimasukkan ke dalam bilik si dara dengan pembacaan do’a selamat.
Kemudiannya barulah memperkarakan perihal berkenaan dengan penetapan bulan dan hari pernikahan. Juga berkaitan dengan Mas Kawin atau mahar yang harus dibawa oleh pihak laki-laki yang menjadi kepada syarat mutlak dalam akad nikah.
Ada pun mas kawin itu boleh bermacam-macam tergantunglah kepada kemampuan pihak laki-laki. Terkadang ada pula mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki itu berupa uang logam emas yang bernilai ringgit atau perhiasan emas lainnya, seperti kalung, cincin, gelang dan sebagainya. Pada kaum bangsawan dahulu terdapat istilah mas kawin berupa rantai atau kalung emas setinggi tegak, maksudnya adalah rantai emas yang ukurannya setinggi atau sepanjang tubuh badan si dara dengan berat yang tidak ditentukan.
Dalam seperkara pula, tiadalah mustahil terjadi penetapan antar belanja oleh pihak perempuan tanpa melalui perundingan dengan pihak laki-laki. Jika yang diminta masih termampu kepada pihak laki-laki untuk memenuhinya tiadalah sebarang masalah. Tetapi jika permintaan itu melebihi kepada kemampuan pihak laki-laki, maka akan menimbulkan rasa malu bagi pihak laki-laki. Konon, pada semasa inilah sangat diperlukan peranan dari pihak tukang risik untuk melakukan sebarang kerja mengetahui kira-kira seberapa besar yang dikehendaki oleh pihak perempuan, supaya tiadalah terjadi kesalahan kepada penetapan jumlah yang dimaksud.
Selesailah pada pekerjaan mengantar tanda, maka si dara sejak masa itu haruslah dijaga dengan sebaik-baiknya, apatah lagi menjelang kepada hari pernikahan, tiadalah ianya diperbolehkan keluar rumah. Biasanya disebut “dikurung” yang artinya si dara dalam “pingitan”.
Pada waktu rombongan pihak laki-laki akan meminta diri, maka wakil dari tuan rumah menyerahkan balasan, berupa tepak sirih dengan susunan “daun sirih telentang” sebagai tanda bahwa antaran yang dibawa oleh pihak laki-laki sudah diterima.
Sebelum beredar kedua wakil itu masih sempat pula berpantun-pantun.
05. Pihak Perempuan
Kalau bengkawan menimpe itik,
Itik berkandang tepi sempadan,
Kalaulah tuan berangsur balik,
Kami numpang barang dan pesan.
06. Pihak Laki-laki
naik sampan ke Tanjung Jati,
patah haluan, ribut selatan,
kalau tuan percayekan kami,
amanah tuan kami sampaikan.
07. Pihak Perempuan
Musim selatan memancing ikan,
Dikait umpan mengail tenggiri,
Antaran balasan kami kirimkan,
Tandanye tuan sampai kemari.
Kalau tuan hendak menyemah,
Jangan pulut letak di panan,
Kalau tuan sampai ke rumah,
Sampailah salam ke bakal besan.
Maka kemudian selesailah pada pekerjaan mengantar tanda ini, dan kemudian akan memasuki kepada pekerjaan yang lain, yaitu mengantar belanja.
Dalam pengertian yang lain, mengantar tanda juga disebut sebagai acara pertunangan karena dalam acara mengantar tanda ini biasanya yang dibawa adalah sebentuk cincin yang diberikan kepada si anak dara sebagai tanda bahwa ia telah ada yang punya.
Lazimnya mengantar tanda ini sudahlah bersefahaman antara kedua belah pihak, apakah itu kepada kelengkapannya, jumlah dan kepada masa yang tepat untuk pengantarannya. Pekerjaan mengantar tanda ini biasanya dilakukan malam hari, sebaik-baiknya adalah setelah shalat Isya. Dan dilakukan oleh wakil yang telah dipercayai oleh pihak keluarga laki-laki. Sebaiknya adalah orang yang menjadi wakil ketika saat meminang tempo hari, tetapi jumlah orangnya lebih banyak jika dibanding pada masa meminang. Galibnya kedua orang tua calon pengantin laki-laki tetaplah tiada diperkenankan mengikut dalam acara ini.
Kelengkapan dari mengantar tanda ini bolehlah kita bagi menjadi tiga bagian :
- Antaran Pokok, yaitu terdiri dari :
- Tepak Sirih Lengkap ( Sirih, Kapur, Gambir dan Pinang)
- Sebilah Keris
- Bunga Rampai
- Cincin Belah Rotan yang terbuat dari emas.
- Antaran Pengiring
- Sepersalinan Pakaian Lengkap
- Alat-alat Rias
- Handuk
- Antaran Pelengkap
- Kue-mueh
- Halua (manisan buah-buahan)
- Buah-buahan
Ada pun kesemua antaran itu hendaklah pula menjadi kebiasaan adalah disusunkan pada suatu tempat yang disebut “pahar” atau “talam berkaki”, adapula yang menyebutnya dengan “semberit” yang ditutup dengan tudung saji. Pahar ini dikemas atau pun disusun kepada urutan yang sudah ditentukan. Kira-kira bolehlah hendak disusunkan, yaitu :
- Pahar Pertama, berisikan tepak sirih lengkap dengan isinya.
- Pahar Kedua, berisi keris yang disampul.
- Pahar Ketiga, berisi cincin belah rotan.
- Pahar Keempat, berisi bunga rampai
- Pahar Kelima, berisi kain tenun.
- Pahar Keenam, berisi bahan baju.
- Pahar Ketujuh, berisi selendang atau kerudung.
- Pahar Kedelapan, berisi kasut (sendal).
- Pahar Kesembilan, berisi alat rias.
- Pahar Kesepuluh, berisi handuk.
- Pahar Kesebelas, berisi kue hasidah.
- Pahar Keduabelas, berisi halua (manisan buah-buahan).
- Pahar Ketigabelas, berisi pisang raja.
- Pahar Keempatbelas, berisi limau manis.
- Pahar Kelimabelas, berisi limau bali.
- Pahar Keenambelas, berisi buah kurma.
- Pahar Ketujuhbelas, berisi kismis.
Kemudiannya dari pihak perempuan pun dikehendaki untuk menyiapkan kelengkapannya. Lazimnya kelengkapan itu adalah seperti berikut :
- Tepak Sirih lengkap dengan isinya.
- Sebentuk Cincin Emas.
- Kue-mueh.
- Buah-buahan.
- Hidangan untuk santapan.
Syahdan pada hari yang telah ditentukan, setelah Isya maka rombongan dari pihak laki-laki pun telah sampailah di rumah pihak perempuan. Rombongan itu pun disambutlah dengan baiknya oleh pihak yang menanti atau wakil dari pihak perempuan.
Pekerjaan yang sedemikian itu hendak pula diberikan gambaran dengan cara yang sudah-sudah, yaitu :
Setelah kesemua orang yang terlibat sudah pun berkumpul, maka kedua wakil itu pun saling duduk berhadapan. Dimulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” oleh pihak laki-laki yang kemudiannya juga disambut dengan ucapan “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” oleh wakil pihak perempuan. Maka acara pun dimulai dengan berpantun-pantun.
01. Pihak Laki-laki
Bukan kentang sebarang kentang,
Kentang diletak tepi perigi,
Bukan datang sebarang datang,
Datang hendak memenuhi janji.
02. Pihak Perempuan
Ikan duri, si ikan selar,
Dalam sampan berangkai-rangkai,
Kalau janji sudah diikrar,
Tolong katakan, tolong disampai.
03. Pihak Laki-laki
Pagi-pagi membeli kurme,
Untuk santapan kalau berbuke,
Pinangan sudah kami terime,
Hari ini mengantar tande.
Kalau makan si pulut jande,
Jangan lupe bilas penganan,
Kami ade membawa tande,
Yang lainnye menjadi iringan.
[sambil menyerahkan tepak sirih untuk dicicip]
Indah tarian lemah gemulai,
Senyum dikulum dipilis-pilis,
Kami dulukan si bunge rampai,
Untuk pengharum dalam majelis.
[sambil menyerahkan bunga rampai]
Hinggap di dahan burung pelatuk,
Jangan dikerat buah bidare,
Kami serahkan cincin sebentuk,
Sebagai pengikat si anak dare.
[sambil menyerahkan sebentuk cincin, keris]
Hari petang berkarang lokan,
Umpan penabur ikan pelate,
Persalinan pakaian diserahkan,
Hanye sekadar tande mate.
[sambil menyerahkan kain tenunan, bahan baju, selendang/kerudung, kasut/sendal, alat rias, handuk]
Membawe jale pergi menjaring,
Masuk ke rage ikan gulame,
Buah dan kue sebagai pengiring,
Untuk keluarge menjamu selere.
[sambil menyerahkan kue hasidah, halua, pisang raja, limau manis, limau bali, buah kurma, kismis]
04. Pihak Perempuan
Pergi ke Medan memakai kopiah,
Sambil berjalan membawe minyak,
Mengape tuan bersusah payah,
Membawe antaran terlalu banyak.
Daun selasih di tengah laman,
Terbang sekawan si rame-rame,
Terime kasih kami ucapkan,
Barang antaran kami terime.
Penjelasan :
Pantun-pantun yang diungkapkan itu disampaikan sebagai pembuka acara, selanjutnya semua kelengkapan antaran itu pun dimasukkan ke dalam bilik si dara dengan pembacaan do’a selamat.
Kemudiannya barulah memperkarakan perihal berkenaan dengan penetapan bulan dan hari pernikahan. Juga berkaitan dengan Mas Kawin atau mahar yang harus dibawa oleh pihak laki-laki yang menjadi kepada syarat mutlak dalam akad nikah.
Ada pun mas kawin itu boleh bermacam-macam tergantunglah kepada kemampuan pihak laki-laki. Terkadang ada pula mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki itu berupa uang logam emas yang bernilai ringgit atau perhiasan emas lainnya, seperti kalung, cincin, gelang dan sebagainya. Pada kaum bangsawan dahulu terdapat istilah mas kawin berupa rantai atau kalung emas setinggi tegak, maksudnya adalah rantai emas yang ukurannya setinggi atau sepanjang tubuh badan si dara dengan berat yang tidak ditentukan.
Dalam seperkara pula, tiadalah mustahil terjadi penetapan antar belanja oleh pihak perempuan tanpa melalui perundingan dengan pihak laki-laki. Jika yang diminta masih termampu kepada pihak laki-laki untuk memenuhinya tiadalah sebarang masalah. Tetapi jika permintaan itu melebihi kepada kemampuan pihak laki-laki, maka akan menimbulkan rasa malu bagi pihak laki-laki. Konon, pada semasa inilah sangat diperlukan peranan dari pihak tukang risik untuk melakukan sebarang kerja mengetahui kira-kira seberapa besar yang dikehendaki oleh pihak perempuan, supaya tiadalah terjadi kesalahan kepada penetapan jumlah yang dimaksud.
Selesailah pada pekerjaan mengantar tanda, maka si dara sejak masa itu haruslah dijaga dengan sebaik-baiknya, apatah lagi menjelang kepada hari pernikahan, tiadalah ianya diperbolehkan keluar rumah. Biasanya disebut “dikurung” yang artinya si dara dalam “pingitan”.
Pada waktu rombongan pihak laki-laki akan meminta diri, maka wakil dari tuan rumah menyerahkan balasan, berupa tepak sirih dengan susunan “daun sirih telentang” sebagai tanda bahwa antaran yang dibawa oleh pihak laki-laki sudah diterima.
Sebelum beredar kedua wakil itu masih sempat pula berpantun-pantun.
05. Pihak Perempuan
Kalau bengkawan menimpe itik,
Itik berkandang tepi sempadan,
Kalaulah tuan berangsur balik,
Kami numpang barang dan pesan.
06. Pihak Laki-laki
naik sampan ke Tanjung Jati,
patah haluan, ribut selatan,
kalau tuan percayekan kami,
amanah tuan kami sampaikan.
07. Pihak Perempuan
Musim selatan memancing ikan,
Dikait umpan mengail tenggiri,
Antaran balasan kami kirimkan,
Tandanye tuan sampai kemari.
Kalau tuan hendak menyemah,
Jangan pulut letak di panan,
Kalau tuan sampai ke rumah,
Sampailah salam ke bakal besan.
Maka kemudian selesailah pada pekerjaan mengantar tanda ini, dan kemudian akan memasuki kepada pekerjaan yang lain, yaitu mengantar belanja.