for the conceptor
Sebenarnya apa yang dimaksud dengna remaja? Perihal ini adalah cukup penting untuk disampaikan sebelum memasuki kepada pengertian tentang remaja itu sendiri yang berkaitan erat dengan adat istiadat serta budaya. Apa dan bagaimana peranan mereka sebagi pelaku budaya di masa dahulu.
Kehidupan masa remaja pada zaman dahulu, bolehlah dikatakan agak jarang diungkapkan. Biasanya kita hanya mengenal alam kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Hal yang sedemikian karena mungkin, di zaman dahulu belumlah diperbuat kepada “garis yang tegas” dalam pengertian yang menjurus kepada ilmu pendidikan (kejiwaan), sehingga kebanyakan masa remaja dicampurkan kepada masa kanak-kanak. Yaitu antara umur 12 sampai kepada memasuki usia 17 tahun. Yang jelasnya berkaitan dengan perkataan “remaja” itu sendiri dalam suatu batasan yang boleh memasukkan ke dalam sesuatu ketentuan dalam kehidupan masyarakat, belum lagi terpikirkan atau diperbuat dalam ketentuan yang jelas. Walaupun mungkin telah ada diperbuat baik secara tersirat ataupun kepada yang tersurat, sayangnya yang tersurat pun belum lagi ditemukan berkenaan tentang remaja ini.
Sedangkan kita ketahui bahwa di zaman dahulu, terutamanya untuk kaum perempuan telah dinikahkan atau telah berumah tangga dalam usia yang masih sangat muda. Permasalahan itu lebih menyulitkan lagi kepada kita untuk memberikan batasan usia dalam dunia pendidikan maupun dalam pengertian budaya masa itu. Sehingga anak perempuan meskipun baru berumur 12 atau 14 tahun tetapi sudah menikah, maka ianya dimasukkan ke dalam golongan orang dewasa. Tidak hanya yang berkaitan dengan jiwa dan perasaannya, semasa kiraan umur remaja ini, dapat dikatakan kurang selesa karena agak terasa sukar untuk dapat memasuki pergaulan di antara kedua dunia yakni dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Kalau ianya bercampur dengan budak-budak, maka dikatakanlah oleh budak-budak itu, “Hei, Abang ‘tu ‘dah besar, tak boleh bermain dengan kami ‘ni!”. Begitulah kata si budak-budak, dan hal yang serupa juga ketika ingin masuk dalam dunia orang dewasa, “Hei … kamu ‘tu masih kecil lagi, mana boleh bercampur dengan orang besar. Pergilah sana!”. Ya, mungkin demikianlah perlakuan yang akan diterima jika ingin memasuki kepada salah satu dunia yang ada yaitu dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Hal yang sedemikian itu tentulah akan menyulitkan bagi kaum remaja di dalam pergaulan sesama orang lain yang tidak sama peringkatnya.
Pada masa-masa kiraan usia yang sedemikian, kononnya telah memasuki kepada usia akil-baligh untuk memasuki alam kedewasaan, adalah semasa yang paling rumit dan pelik bagi kehidupan anak manusia. Hal yang sedemikian tidak hanya terjadi pada masa sekarang, kononnya di zaman dahulu pun sedemikian pula. Tetapi kebanyakan orang tua zaman dahulu cukuplah arif dan bijaksana. Tidak hanya kepada alam yang juga telah menyediakan berbagai kelengkapan untuk anak-anak di usia akil-baligh ini, tetapi adat resam Melayu sendiri telah memberikan laluan kepada mereka lewat kerja-kerja yang bermanfaat, seperti dalam bentuk permainan, olah raga dan kesenian, yang kesemuanya bersesuaian dengan alam pikiran orang remaja.
Walaupun di dalam senarai belum lagi berjumpa tentang pembagian kepada batasan usia, khususnya kepada perkataan “remaja” ini, tetapi tetap jugalah hendak dituliskan. Karena merasa yakin, bahwa di zaman dahulu pun atau sesiapa pun tentulah akan mengalami kepada tahap usia remaja.
Lakonan atau pun peranan remaja sebagai pelaku budaya, jika dibandingkan dengan kanak-kanak atau pun orang dewasa, sememangnyalah tidak sebegitu banyak. Terutama yang berkaitan dengan atur cara upacara dalam adat resam Melayu. Perihal yang sedemikian mungkin dikarenakan bahwa masa-masa remaja ini lebih banyak dipergunakan dalam pengajian (pembelajaran). Semisal pergi belajar mengaji pada Guru-guru atau pun orang-orang pandai. Atau pun menuntut kepada ilmu agama di Mesjid atau Surau. Selain itu, masa remaja juga ditumpukan kepada membantu orang tua, terutamanya orang perempuan, yang biasanya pada semasa remaja telah jarang-jarang keluar rumah, atau istilahnya telah dipingit sekaliannya menekuni kepada hal-hal yang berkenaan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perempuan dewasa ketika memasuki masa berumah-tangga, nantinya.
Ada pun beberapa pekerjaan atau kegiatan semasa usia remaja ini, sebagiannya seperti dalam permainan masih mengikut kepada permainan kanak-kanak atau pun dengan permainan yang memang dilakukan sesuai dengan usia mereka seperti; Main Simbang (perempuan), Main Canang, Main Congklak (perempuan), Main Galah, Main Kelas (perempuan), Main Porok, Main Rimau, dan lain sebagainya.
Selain daripada itu, ada pula yang telah mengikut kepada permainan orang dewasa, seperti umpamanya :
1. Main Tongkah (Sitinjak, Kaki Panjang)
2. Main Kolek
3. Main Sepak Raga
4. Main Gasing
5. Main Peting
6. Main Layang-layang (Wau).
05
PENGGALAN KELIMA
PENGGALAN KELIMA
Masa Remaja
Masa yang Paling IndahSebenarnya apa yang dimaksud dengna remaja? Perihal ini adalah cukup penting untuk disampaikan sebelum memasuki kepada pengertian tentang remaja itu sendiri yang berkaitan erat dengan adat istiadat serta budaya. Apa dan bagaimana peranan mereka sebagi pelaku budaya di masa dahulu.
Kehidupan masa remaja pada zaman dahulu, bolehlah dikatakan agak jarang diungkapkan. Biasanya kita hanya mengenal alam kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Hal yang sedemikian karena mungkin, di zaman dahulu belumlah diperbuat kepada “garis yang tegas” dalam pengertian yang menjurus kepada ilmu pendidikan (kejiwaan), sehingga kebanyakan masa remaja dicampurkan kepada masa kanak-kanak. Yaitu antara umur 12 sampai kepada memasuki usia 17 tahun. Yang jelasnya berkaitan dengan perkataan “remaja” itu sendiri dalam suatu batasan yang boleh memasukkan ke dalam sesuatu ketentuan dalam kehidupan masyarakat, belum lagi terpikirkan atau diperbuat dalam ketentuan yang jelas. Walaupun mungkin telah ada diperbuat baik secara tersirat ataupun kepada yang tersurat, sayangnya yang tersurat pun belum lagi ditemukan berkenaan tentang remaja ini.
Sedangkan kita ketahui bahwa di zaman dahulu, terutamanya untuk kaum perempuan telah dinikahkan atau telah berumah tangga dalam usia yang masih sangat muda. Permasalahan itu lebih menyulitkan lagi kepada kita untuk memberikan batasan usia dalam dunia pendidikan maupun dalam pengertian budaya masa itu. Sehingga anak perempuan meskipun baru berumur 12 atau 14 tahun tetapi sudah menikah, maka ianya dimasukkan ke dalam golongan orang dewasa. Tidak hanya yang berkaitan dengan jiwa dan perasaannya, semasa kiraan umur remaja ini, dapat dikatakan kurang selesa karena agak terasa sukar untuk dapat memasuki pergaulan di antara kedua dunia yakni dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Kalau ianya bercampur dengan budak-budak, maka dikatakanlah oleh budak-budak itu, “Hei, Abang ‘tu ‘dah besar, tak boleh bermain dengan kami ‘ni!”. Begitulah kata si budak-budak, dan hal yang serupa juga ketika ingin masuk dalam dunia orang dewasa, “Hei … kamu ‘tu masih kecil lagi, mana boleh bercampur dengan orang besar. Pergilah sana!”. Ya, mungkin demikianlah perlakuan yang akan diterima jika ingin memasuki kepada salah satu dunia yang ada yaitu dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Hal yang sedemikian itu tentulah akan menyulitkan bagi kaum remaja di dalam pergaulan sesama orang lain yang tidak sama peringkatnya.
Pada masa-masa kiraan usia yang sedemikian, kononnya telah memasuki kepada usia akil-baligh untuk memasuki alam kedewasaan, adalah semasa yang paling rumit dan pelik bagi kehidupan anak manusia. Hal yang sedemikian tidak hanya terjadi pada masa sekarang, kononnya di zaman dahulu pun sedemikian pula. Tetapi kebanyakan orang tua zaman dahulu cukuplah arif dan bijaksana. Tidak hanya kepada alam yang juga telah menyediakan berbagai kelengkapan untuk anak-anak di usia akil-baligh ini, tetapi adat resam Melayu sendiri telah memberikan laluan kepada mereka lewat kerja-kerja yang bermanfaat, seperti dalam bentuk permainan, olah raga dan kesenian, yang kesemuanya bersesuaian dengan alam pikiran orang remaja.
Walaupun di dalam senarai belum lagi berjumpa tentang pembagian kepada batasan usia, khususnya kepada perkataan “remaja” ini, tetapi tetap jugalah hendak dituliskan. Karena merasa yakin, bahwa di zaman dahulu pun atau sesiapa pun tentulah akan mengalami kepada tahap usia remaja.
Lakonan atau pun peranan remaja sebagai pelaku budaya, jika dibandingkan dengan kanak-kanak atau pun orang dewasa, sememangnyalah tidak sebegitu banyak. Terutama yang berkaitan dengan atur cara upacara dalam adat resam Melayu. Perihal yang sedemikian mungkin dikarenakan bahwa masa-masa remaja ini lebih banyak dipergunakan dalam pengajian (pembelajaran). Semisal pergi belajar mengaji pada Guru-guru atau pun orang-orang pandai. Atau pun menuntut kepada ilmu agama di Mesjid atau Surau. Selain itu, masa remaja juga ditumpukan kepada membantu orang tua, terutamanya orang perempuan, yang biasanya pada semasa remaja telah jarang-jarang keluar rumah, atau istilahnya telah dipingit sekaliannya menekuni kepada hal-hal yang berkenaan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perempuan dewasa ketika memasuki masa berumah-tangga, nantinya.
Ada pun beberapa pekerjaan atau kegiatan semasa usia remaja ini, sebagiannya seperti dalam permainan masih mengikut kepada permainan kanak-kanak atau pun dengan permainan yang memang dilakukan sesuai dengan usia mereka seperti; Main Simbang (perempuan), Main Canang, Main Congklak (perempuan), Main Galah, Main Kelas (perempuan), Main Porok, Main Rimau, dan lain sebagainya.
Selain daripada itu, ada pula yang telah mengikut kepada permainan orang dewasa, seperti umpamanya :
1. Main Tongkah (Sitinjak, Kaki Panjang)
2. Main Kolek
3. Main Sepak Raga
4. Main Gasing
5. Main Peting
6. Main Layang-layang (Wau).