Permainan Simbang ini, konon sudah dikenal sejak zaman kesultanan Riau, pada abad ke-17. Menurut cerita dari orang tua-tua bahwa permainan simbang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan main congkak yang digemari oleh kaum bangsawan, terutama puteri-puteri raja atau puteri-puteri datuk. Kemudian permainan ini terus berkembang hingga dimainkan dari berbagai kalangan terutamanya oleh anak-anak dan juga remaja puteri.
Begitu mendarah dagingnya permainan ini, hingga di zaman Jepang permainan ini masih digemari oleh masyarakat. Sampaikan sekarang permainan “besimbang” masih dimainkan walaupun mengalami sedikit perubahan, terutama pada alat permainannya.
Permainan ini juga disebut dengan “serimban”. Di samping itu ada juga yang menyebutnya permainan lambung. Disebut main “lambung” karena alat utama permainan ini dimainkan dengan cara melambung.
4.12.a. Waktu dan tempat permainan
Permainan simbang ini biasanya dimainkan oleh anak dara, dara remaja ataupun anak-anak perempuan pada saat mengisi masa senggangnya baik siang hari di pinggir-pinggir pantai. Ada juga yang memainkan pada sore atau malam hari di beranda dan di dalam rumah.
4.12.b. Alat / perlengkapan permainan
Tempat bermain biasanya di ruangan bangsal, beranda ataupun di teras-teras rumah. Sebuah pelambung, sebuah seorang. Lazimnya disiapkan oleh masing-masing pemain dari kulit-kulit kerang ataupun kulit siput yang bagus, licin, dan elok dipandang mata.
Selain itu, juga ada buah simbang, 5 atau 6 biji, yang telah dipersiapkan bersama-sama berupa kulit kerang-kerangan, dan ada pula terdiri dari batu-batu kecil dan bagus serta bersih.
Permainan simbang mengenal 2 cara untuk bertanding, yaitu “main nyurang” dan “main berudung”. Kalau main nyurang hanya untuk permainan perseorangan, tidak berkawan, yang satu dengan lainnya merupakan lawan. Sedangkan main berudung adalah permainan yang dilakukan dengan cara beregu, yaitu dua regu yang saling bertanding.
Permainan ini, dimainkan oleh anak-anak perempuan yang berusia antara 6 sampai 17 tahun, dengan jumlah pemainnya antara 2 sampai 6 orang anak.
Beberapa istilah dalam permainan simbang ini hendaklah dipahami oleh setiap pemain, yaitu antara lain :
- Tingkop, artinya membalikkan telapak tangan untuk mengambil buah simbang yang dilambung.
- Seguk, artinya tersentuh buah lainnya ketika jari jemari memungut buah simbang yang sedang dimainkan.
- Ngarai, artinya menyebarkan buah simbang agak bertaburan.
- Raup, artinya menyebarkan buah simbang dengan sekali genggam.
- Ngato, artinya mengatur buah simbang itu satu persatu sambil melambungkan induk simbang.
- Pelambung, buah induk yang dijadikan pelambung pokok.
- Cakrit, artinya kalah.
4.12.c. Jalannya permainan
Sebelum melakukan permainan, baik main nyurang maupun main berudung, para pemain duduk melingkar. Dan pusat permainan itu di tengah lingkaran tersebut.
Main Nyurang
Dalam permainan nyurang yang biasanya terdiri dari 3 – 5 orang pemain duduk melingkar dengan arah giliran bermain mengikuti arah kebalikan jarum jam, yaitu berjalan dari arah kiri ke kanan. Untuk mengatur letak duduk masing-masing itu ditentukan oleh nomor urut membawa yang didapati dengan cara undian yang disebut “ningkop”; dengan kelanjutan seperti berikut :
a. Ningkop atau pengundian
Biji simbang yang dimainkan boleh 5 – 6 biji atau terserah menurut kesepakatan sebelum bermain. Dengan secara bergilir satu persatu mereka meningkopbuah yang 5 – 6 biji itu, bagi yang dapat meningkop lebih banyak, maka ialah yang membawa lebih dahulu, disusul oleh yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagi yang mahir meningkop hingga 4 – 5 biji. Yang kurang mahir, ada yang terlepas sama sekali, tak dapat biji. Yang terakhir itulah dinamakan “kincit” atau kemudian sekali membawa. Setelah meningkop, mereka beratur, dan mulailah bermain.
b. Bermain
- Ngarai, dan langsung ngambik satu, sesudah ngarai, induk lambung dilambung dan sambil menyambut induk lambung itu langsung mengambil biji simbang dengan sebelah tangan satu persatu. Jika hal ini berhasil, langsung mengambik dua.
- Ngambik dua, dengan cara melambungkan induk lambung, mengarai biji simbang sebelah tangan itu juga. Jika berhasil, lantas induk dilambung dan sambil menjemput kembali biji simbang 2 sekali ambil berturut-turut hingga biji simbang yang ada, habis.
- Ngambik tiga, dengan cara melambung buah induk sambil ngarai biji simbang, dan langsung menyambut kembali induk simbang itu dengan sebelah tangan juga. Kemudian sambil melambung induk lambung sambil mengatur biji supaya berkumpul 3 sekumpul supaya senanglah diambil. Hal ini boleh dilakukan berkali-kali. Setelah berkumpul, sambil melambung buah induk, menjemput biji simbang 3 sekali ambil. Jika main buah 5, maka : 3, 2.
- Ngambik empat, dengan cara melambung buah induk sambil ngarai biji simbang, dan langsung menyambut buah induk, dilambung lagi dalam keadaan ngato seperti ngambik tiga juga. Dan boleh berkali-kali dilakukan sampai betul-betul biji simbang yang 4 buah dapat berdekatan untuk senang dijemput, maka induk simbang dilambung, lalu sambil menyambut buah induk terus menjemput biji simbang sebanyak 4 biji sekali ambil. Jika buah 5, maka pengambilannya : 4, 1.
- Ngambik lima, dengan cara buah induk dilambung sambil mengumpul biji simbang setumpuk 5. Kemudian induk simbang dilambung, dan biji simbang dijemput 5 sekaligus. Kalau main lima, maka selesailah ngambik.
- Ngelingkop, sama artinya dengan ningkop, yakni menyambut biji simbang dengan membalikkan tangan; atau disambut dengan tangan telungkup. Bila ada yang tersangkut langsung dibalikkan telapak tangan itu juga. Banyak biji yang terdapat itulah biji kemenangannya yang dihitung 1 = nilai 10.
Pemain berikutnya baru berhak membawa atau membuka permainannya jika :
- Lawan sebelumnya “des”, yang disebut mati.
- Bila lawan sebelumnya itu selesai membawa, hingga sudah mengandung biji.
- Si pembawa ini berlaku seperti sebelumnya juga hingga mengumpul biji. Kalau gagal, untuk selanjutnya ia menunggu giliran berikutnya sampai putarannya, dan tak perlu mengulang dari ngambik 1. Ia meneruskan ke ngambik yang mana ia mati tadi. Umpamanya mati ngambik 4, maka untuk kali berikutnya ia mulai dengan ngambik 4, dan seterusnya hingga mendapat mengumpul nilai. Dan begitulah seterusnya….
- Jika untuk lawan berikutnya sudah sampai keliling, dan mati, maka pembawa pertama mulai lagi meneruskan permainannya. Kalau waktu membawa pertama tadi ianya sudah hingga ngelingkop biji, maka ia mulai dari ngarai dan ngambik 1 lagi. Dan seterusnya hingga ngelingkop pula, dan mengumpul biji lagi untuk menambah bijinya yang telah ada hingga gim.
- Untuk menentukan gim, sesuai dengan perjanjian sebelum mulai bermain, ada yang berjanji gim 1000, 500, dan sebagainya.
- Barang siapa yang dapat mencapai nilai seperti yang dijanjikan lebih dahulu, maka ia keluar sebagai pemenang. Lawannya terus bermain, hingga tinggallah yang kalah seorang dan yang kalah inilah yang dinamakan lengit.
- Besimbang dianggap batal atau mati jika si pemain tak dapat meneruskan urutan ngambik.
- Waktu menjemput biji simbang yang satu, tersentuh biji yang lainnya disebut “nyegut” / “nyeguk”.
- Jika waktu menjemput buah, ngeningkop, biji terlepas atau jatuh disebut “cice”.
- Jika induk pelambung tak dapat ditangkap, disebut “lupot” (luput).
Main Berudung
Peraturan umum dalam berudung, sama saja dengan cara main nyurang. Cuma ada beberapa hal yang berbeda yakni :
- Urutan membawa, harus selang-seling. Lawan, kawan, lawan, kawan, dan seterusnya. Juga dalam keadaan melingkar dengan urutan berlawanan arah dengan jarum jam.
- Kawan kedua membawa, meneruskan permainan kawan yang pertama, demikian juga kawan ketiga meneruskan permainan yang telah diselesaikan oleh kawan pertama dan kedua. Dan jika kawan sebelumnya telah selesai meningkop, serta telah pula dapat biji, maka kawan yang meneruskan permainan itu mulai dari ningkop, dan ngambik 1, dan seterusnya. Setiap biji-biji nilai yang dapat, dikumpulkan hingga menjadi jumlah kemenangan menyaingi jumlah biji kemenangan pihak lawan bermain, hingga gim. Main berudung, gim biasanya hingga 2000.