Permainan ini juga tiada diketahui sejak bila ianya mulai digemari sebagai permainan kanak-kanak. Bahkan main sembunyi-sembunyi ini tidak hanya dilakukan anak-anak saja, tetapi juga dimainkan oleh anak-anak remaja.
Permainan ini juga punya nama lain, seperti “main kaleng”, atau ada yang hampir sama yaitu main “sembunyi induk”. Dan permainan lain yang serupa.
4.11.a. Waktu dan tempat bermain
Waktu bermain biasanya pada waktu sore hari atau bahkan juga pada malam hari waktu terang bulan purnama. Sedangkan tempat bermain hendaklah tanah lapang yang dipersekitarannya terdapat semak-semak atau pokok-pokok (pohon-pohon) atau tempat-tempat yang boleh untuk bersembunyi. Dimainkan antara 6 orang anak sampai 20 orang anak. Permainan ini boleh dimainkan oleh anak laki-laki saja atau anak perempuan saja atau bermain campuran.
4.11.b. Peralatan / perlengkapan permainan
Sebuah lapangan permainan tertentu yang ada semak-semak atau pokok-pokok (pohon-pohon) atau tempat-tempat yang boleh untuk bersembunyi. Boleh pekarangan rumah, pekarangan sekolah ataupun di tempat lainnya yang memungkinkan.
Di tengah-tengah lapangan permainan dibuat sebuah lingkaran di tanah. Lingkaran ini digunakan sebagai tempat meletakkan kaleng yang menjadi pusat permainan tersebut.
Kaleng yang menjadi alat pokok permainan diisi dengan batu kecil-kecil supaya bisa diguncang dan mengeluarkan bunyi.
4.11.c. Jalannya permainan
Untuk menentukan siapa yang “jadi” (yang kalah dan menjaga kaleng serta mencari pemain yang bersembunyi), biasanya dilakukan dengan “ompiung” (ompimpah) atau “sut”. Siapa yang kalah dalam sut tersebut dialah yang “jadi”. Kemudian salah seorang melempar kaleng tersebut yang jaraknya cukup jauh, sedangkan yang “jadi” tersebut haruslah mengambil kaleng yang dilempar itu untuk meletakkan ke dalam lingkaran yang telah disediakan. Dalam waktu mengambil kaleng yang dilemparkan itulah setiap pemain lain mempunyai kesempatan untuk bersembunyi.
Setelah mengambil kaleng yang dilemparkan dan memasukkan ke dalam lingkaran, mulailah yang “jadi” mencari anak-anak yang bersembunyi itu dan kalau menyebutkan namanya sambil berlari mendekati kaleng di dalam lingkaran, lalu menyentuh kaleng itu. Maka sudahlah mendapat satu anak.
Jika seandainya pemainnya sampai sepuluh orang, maka yang “jadi” itu harus berhasil mendapatkan sembilan orang temannya yang bersembunyi itu. Seandainya berhasil maka ia tidak “jadi” lagi, melainkan bertukar kepada anak yang lain. Biasanya dari sembilan anak yang berhasil didapatkan itu, anak yang “dapat” pertamalah yang “jadi”. Maka kaleng itu dilempar semula dan pemain yang lainpun bersembunyi lagi.
Akan tetapi jika yang “jadi” baru mendapatkan 2 atau 3 orang anak, lalu ada pemain lain yang berhasil menuju tempat kaleng dalam lingkaran itu tanpa diketahui oleh yang “jadi” sambil mengambil kaleng dan membunyikan dengan cara mengguncangnya, maka anak yang sudah “dapat” tadi dapat ditolong. Lalu kaleng itu dilempar semula, dan anak yang 2 dan 3 orang yang “dapat” tadi boleh bersembunyi kembali. Sedang “jadi” itu terpaksa mengambil kembali kaleng itu semula untuk dimasukkan ke dalam lingkaran. Dan kalau yang kejadian itu berulang-ulang maka yang “jadi” itulah yang disebut “lengit”.
Biasanya pemain yang “jadi” itu cukup pintar, setelah ia mendapatkan 2 atau 3 orang anak, maka yang “jadi” tidak akan jauh-jauh dari kaleng dalam lingkaran, karena takut akan diguncang oleh lawannya yang bersembunyi itu.
Kalau sudah demikian, maka anak-anak yang bersembunyi yang dapat melihat kelakuan “sang jadi”, biasanya akan berteriak dari tempat persembunyiannya dengan kata-kata “Jage telooooorr…!!”.
Maka yang “jadi” biasanya terpancing dan mencari anak yang berteriak itu. Demikianlah permainan yang mengasyikkan ini, dan biasanya yang lengit akan merasa geram dan berusaha untu tidak lengit dalam main sembunyi-sembunyi ini.
Permainan ini juga punya nama lain, seperti “main kaleng”, atau ada yang hampir sama yaitu main “sembunyi induk”. Dan permainan lain yang serupa.
4.11.a. Waktu dan tempat bermain
Waktu bermain biasanya pada waktu sore hari atau bahkan juga pada malam hari waktu terang bulan purnama. Sedangkan tempat bermain hendaklah tanah lapang yang dipersekitarannya terdapat semak-semak atau pokok-pokok (pohon-pohon) atau tempat-tempat yang boleh untuk bersembunyi. Dimainkan antara 6 orang anak sampai 20 orang anak. Permainan ini boleh dimainkan oleh anak laki-laki saja atau anak perempuan saja atau bermain campuran.
4.11.b. Peralatan / perlengkapan permainan
Sebuah lapangan permainan tertentu yang ada semak-semak atau pokok-pokok (pohon-pohon) atau tempat-tempat yang boleh untuk bersembunyi. Boleh pekarangan rumah, pekarangan sekolah ataupun di tempat lainnya yang memungkinkan.
Di tengah-tengah lapangan permainan dibuat sebuah lingkaran di tanah. Lingkaran ini digunakan sebagai tempat meletakkan kaleng yang menjadi pusat permainan tersebut.
Kaleng yang menjadi alat pokok permainan diisi dengan batu kecil-kecil supaya bisa diguncang dan mengeluarkan bunyi.
4.11.c. Jalannya permainan
Untuk menentukan siapa yang “jadi” (yang kalah dan menjaga kaleng serta mencari pemain yang bersembunyi), biasanya dilakukan dengan “ompiung” (ompimpah) atau “sut”. Siapa yang kalah dalam sut tersebut dialah yang “jadi”. Kemudian salah seorang melempar kaleng tersebut yang jaraknya cukup jauh, sedangkan yang “jadi” tersebut haruslah mengambil kaleng yang dilempar itu untuk meletakkan ke dalam lingkaran yang telah disediakan. Dalam waktu mengambil kaleng yang dilemparkan itulah setiap pemain lain mempunyai kesempatan untuk bersembunyi.
Setelah mengambil kaleng yang dilemparkan dan memasukkan ke dalam lingkaran, mulailah yang “jadi” mencari anak-anak yang bersembunyi itu dan kalau menyebutkan namanya sambil berlari mendekati kaleng di dalam lingkaran, lalu menyentuh kaleng itu. Maka sudahlah mendapat satu anak.
Jika seandainya pemainnya sampai sepuluh orang, maka yang “jadi” itu harus berhasil mendapatkan sembilan orang temannya yang bersembunyi itu. Seandainya berhasil maka ia tidak “jadi” lagi, melainkan bertukar kepada anak yang lain. Biasanya dari sembilan anak yang berhasil didapatkan itu, anak yang “dapat” pertamalah yang “jadi”. Maka kaleng itu dilempar semula dan pemain yang lainpun bersembunyi lagi.
Akan tetapi jika yang “jadi” baru mendapatkan 2 atau 3 orang anak, lalu ada pemain lain yang berhasil menuju tempat kaleng dalam lingkaran itu tanpa diketahui oleh yang “jadi” sambil mengambil kaleng dan membunyikan dengan cara mengguncangnya, maka anak yang sudah “dapat” tadi dapat ditolong. Lalu kaleng itu dilempar semula, dan anak yang 2 dan 3 orang yang “dapat” tadi boleh bersembunyi kembali. Sedang “jadi” itu terpaksa mengambil kembali kaleng itu semula untuk dimasukkan ke dalam lingkaran. Dan kalau yang kejadian itu berulang-ulang maka yang “jadi” itulah yang disebut “lengit”.
Biasanya pemain yang “jadi” itu cukup pintar, setelah ia mendapatkan 2 atau 3 orang anak, maka yang “jadi” tidak akan jauh-jauh dari kaleng dalam lingkaran, karena takut akan diguncang oleh lawannya yang bersembunyi itu.
Kalau sudah demikian, maka anak-anak yang bersembunyi yang dapat melihat kelakuan “sang jadi”, biasanya akan berteriak dari tempat persembunyiannya dengan kata-kata “Jage telooooorr…!!”.
Maka yang “jadi” biasanya terpancing dan mencari anak yang berteriak itu. Demikianlah permainan yang mengasyikkan ini, dan biasanya yang lengit akan merasa geram dan berusaha untu tidak lengit dalam main sembunyi-sembunyi ini.