Kehidupan di perkampungan nelayan ataupun di kampung-kampung masih tersangat sederhana yang terkadang untuk melengkapi keperluan hidupnya dengan cara menikam, melempar atau menebang pokok-pokok kayu atau lainnya demi untuk keperluan hidupnya. Hal yang sedemikian itu menjadi suatu kebiasaan yang ditiru oleh anak-anak untuk melakukan permainannya. Yang kemudian diantaranya lahir sebuah permainan yang dinamakan ”main canang”.
Pada mulanya permainan canang ini tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat nelayan dan peladang (berkebun). Karena bahan permainan dengan mudah diperdapat dipersekitarannya, yaitu ujung-ujung kayu, bambu-bambu dan lainnya yang boleh dibuat untuk main canang. Kemudian permainan ini berkembang dan digemari oleh anak-anak kaum bangsawan terutama putera-putera Datuk pada sekitar abad ke delapan bebas.
Tidaklah mengherankan jika kemudian permainan ini tidak hanya terlibat di perkampungan tetapi juga di halaman-halaman rumah Datuk-Datuk atau kaum bangsawan lainnya. Dengan demikian para pemain anak kampung selalu pula diajak oleh anank-anak bangsawan itu untuk bermain, mungkin karena kekurangan lawan.
Oleh karena permainan mengandung kecergasan dan keahlian, memang lebih banyak diminati oleh anak-anak lelaki dari pada anak perempuan. Kemudiannya permainan ini semakin berkembang hingga masuk pada zaman sekolahan. Sedangkan di beberapa daerah atau tempat lain ada juga permainan yang serupa ini, ada yang menyebutnya Patok Lele atau Tuk Lele. Pada intinya permainan ini hampir sama, kalaupun ada perbedaan tidaklah begitu banyak.
Mainan Canang adalah permainan rakyat untuk mengisi waktu senggang di sore hari yang dimainkan anak laki-laki bahkan juga dimainkan orang dewasa. Ada pula dimainkan oleh anak perempuan, tetapi sebaiknya anak perempuan tidak melakukannya, karena dianggap agak kurang patut.
Dahulunya dalam perayaan hari-hari tertentu selalu diisi dengan kemeriahan para anak-anak atau pemuda bermain canang, karena boleh dikata permainan ini sangat di gemari.
Sedikit tanah lapang yang memanjang seperti jalan, meskipun agak tebing (mereng/miring) tiadalah menjadi hambatan. Di kiri-kanan jalan itulah biasanya penonton menyaksikan permainan itu. Permainan ini memanglah dianggap sangat berbahaya, karena pemainnya menggunakan potongan kayu yang dipukul-pukul hingga melenting jauh dan deras. Jika lentingan anak kayu atau anak canang itu mengenai mata, dapatlah mendatangkan bahaya kebutaan. Sehinggakan sebagian orang tua melarang anak-anaknya untuk bermain canang. Namun main canang tetap saja merupakan permainan anak-anak yang digemari.
Permainan Canang ada dua cara, yaitu boleh perorangan dan boleh pula kepada perkumpulan (regu). Alatnya adalah sebatang kayu bulat (kira-kira sebesar tangkai sapu atau lebih besar sedikit) yang dipotong dua. Potongan yang satu lebih panjang ukurannya yang disebut induk canang sedangkan satunya lagi lebih pendek yang disebut anak canang.
Lapangan permainan cukup merupakan sebuah lapangan, tepi pantai atau jalan, tetapi sebaiknya tidak mengganggu pada kepentingan orang ramai. Kemudian tentukan pada tempat bermain yaitu pusat permainan dan tempat berjaga. Di pusat permainan dibuat Lubang Canang sekira ukuran sejengkal. Antara pusat permainan dengan tempat berjaga diperbuat sebuah garis yang disebut garis benteng.
Gambar
Skets lapangan dan lubang canang
Jika main beraje atau perorangan yang membawa berturut-turut dari yang ke–1, ke–2, dan seterusnya; setelah yang terdahulu mati. Sedangkan kalau bermain berudung atau beregu, yang membawa berikut seregu-seregu:
• (a) pembawa, bila mati diteruskan oleh temannya (b), demikian juga (b) bila mati diteruskan lagi oleh kawan seregunya (c) dan seterusnya, sampai semua kawan seregu selesai membawa semua.
• Pembawa (b), meneruskan permainan (a) hingga nomor matinya, demikian juga (c) meneruskan nomor mati temannya si (b), dan seterusnya sehingga dapat menyelesaikan permainan hingga gim (game) atau pun pindah membawa oleh lawan bermain.
Tukar membawa.
Pertukaran membawa antara dua regu bermain, ialah setelah regu lawannya setelah regu lawannya mati semua; dan bertukar lagi bila yang membawa inipun mati pula.
Penentuan si Pembawa Permulaan.
Penentuan si pembawa, dilakukan dengan sut. Regu yang menang membawa, dan yang kalah menjaga.
Gim
Gim, ditentukan secara mufakat sesaat sebelum permainan dilangsungkan; ada gim 1000, dan boleh pula lebih, tetapi sebaiknya tidak melebihi gim 3000.
Urutan permainan.
1. Mencuit; Anak canang dilintangkan pada lubang canang, lalu di-Cuit dengan induk canang. Saat anak canang melayang, si penjaga boleh menangkapnya di udara. Dan bila dapat lalu bawa lari dan tancap pada benteng sebelah garis batas. Bila berhasil, nilai bagi penjaga 2, dan sipembawa batal, lalu diteruskan oleh temannya. Tatkala penjaga membawa lari anak canang tadi, pihak pembawa boleh merebutnya. Bila dapat direbut, maka sipenjaga hanya dapat nilai 1 pembawa boleh terus melakukan permainan. Bila anak canang yang melayang tadi dapat disambut, maka sipenjaga menikamkan anak canang itu dari tempat jatuhnya ke lubang canang; bila tikaman itu mengenai induk canang yang dilintangkan di lubang canang selepas si pembawa mencuit tadi maka pembawa batal. Permainan pun bergeser ke pembawa berikutnya. Bila tak mengenai sasaran yang dituju oleh penjaga, maka sipembawa langsung meneruskan permainannya.
2. Nyanang; anak canang dilambung lalu dipukul dengan Induk Canang. Sementara anak canang melayang di udara, si penjaga boleh menyambut. Kalau berhasil nilainya satu untuk penjaga. Permainan ini berlaku seperti pada waktu mencuit, yakni anak canang itu dibawa lari ke benteng lalu ditancapkan di sana. Kalau kena, si penjaga mendapat nilai dua sedangkan pembawa batal atau mati. Bila penjaga tak berhasil menangkap anak canang itu maka si penjaga melemparkan anak canang itu ke arah si pembawa. Pembawa memukul anak canang yang sedang melayang di udara itu dengan induk canang di tangannya. Bila tak kena, ia batal membawa (mati) lalu diteruskan oleh teman seregunya. Bila kena pukulan si pembawa itu, nilai dapat dihitung dari lubang canang ke tempat anak canang yang jatuh itu, dengan ukuran sepanjang induk canang.
3. Ngidup api; anak canang di sandarkan sekitar 30 derajat pada lubang Canang, lalu dipukul dengan induk canang secara menitik supaya anak canang itu melenting, dan lentingan yang melayang diudara itu lalu dipukul pula dengan induk canang. Bila pukulan ini meleset atau tak melewati garis benteng, maka ngidup api tersebut diulang sampai 3 kali. Setelah berhasil, maka jarak jatuh anak canang itu diukur dari lubang canang dengan sepanjang induk canang untuk mengambil nilai. Bila penjaga dapat menangkap, nilainya satu. Dan bila ia berhasil mencecah ke benteng nilainya 2, pembawanya batal.
4. Melengkang; anak canang dilambung dengan tangan kanan melalui bawah kelengkang dari belakang ke depan, lalu dipukul dengan induk canang. Bila kena tapi tak melewati garis benteng si pembawa batal (mati). Bila kena dan melewati garis benteng, maka jarak jatuh anak canang diukur dengan induk canang ke lubang canang seperti tatkala nyanang juga, untuk mengumpul nilai. Waktu anak canang melayang di udara (setelah dipukul), bila dapat disambut oleh penjaga ia mendapat nilai satu, dan bila dapat dibawa lari menancap ke benteng nilai 2; berlaku juga seperti waktu nyanang sebelumnya.
5. Minggang; tangan kiri memegang siku kanan, pas di belakang pinggang. Saat itu juga anak canang dengan induk canang di pegang satu tangan, tangan kanan. Anak canang dilambung, lalu dipukul dengan induk canang. Bila terkena dan melewati garis benteng lalu dihitung dengan ukuran induk canang untuk mendapatkan nilai, seperti waktu melengkang, bila tak melewati garis benteng pembawa batal. Tetapi tatkala anak canang melayang di udara, dan dapat disambut oleh penjaga, ia mendapat nilai 1, dan pembawa masih terus membawa sebab tidak dianggap mati. Penjaga juga boleh berlari merebut benteng akan mencecah atau menancapkan anak canang itu seperti waktu melengkang juga. Bila berhasil si penjaga mendapatkan nilai 2, dan si pembawa batal. Pada saat yang seperti itu si pembawa boleh mencegah dan bergumul untuk merebut anak canang di tangan penjaga tersebut supaya ianya jangan dimatikan sebagai pembawa.
6. Mbau; induk canang diletakkan di bahu kanan, anak canang dilambung. Ambil serentak induk canang langsung memukul anak canang yang di udara. Bila terkena dan melewati garis benteng, dapatlah diukur dari lubang canang tempat anak canang itu jatuh untuk menambah nilai. Bila penjaga mendapat menyambut, ia mendapat nilai 1, dan bila langsung dapat membawa lari serta menancapkan di benteng nilainya 2 seperti juga peraturan pada saat minggang dan melengkang.
7. Nelinga; induk canang letakkan di telinga kanan dan anak canang di lambung. Ketika sedang di udara segera ambil induk canang di telingan tadi lalu memukul anak canang tersebut. Bila terkena serta melewati garis benteng, maka di hitung nilai dengan ukuran induk canang dari lubang canang ke tempat anak canang itu jatuh. Bila anak canang yang dipukul itu tidak melewati garis benteng, maka si pembawa batal (mati). Penjaga berusaha menyambut anak canang ketika melayang di udara, dan bila dapat disambut nilainya 1. Bila penjaga dapat memenangi peraturan merebut benteng untuk menancapkan anak canang yang disambarnya itu, ia akan mendapatkan nilai 2, dan si pembawa batal (mati).
8. Kepala; induk canang diletakkan atas kepala, dan anak canang di lambung. Waktu melambung anak canang itu segera ambil induk canang di kepala itu, dan langsung memukul anak canang yang di udara. Dan hal yang sedemikian sama juga dilakukan seperti kegiatan sebelumnya.
9. Ngidung ; induk canang letakkan ke pangkal hidung, dekat antara dua mata. Anak canang dilambung lalu dipukul dengan induk canang yang segera diambil dari pangkal hidung, lalu memukul anak canang yang sedang melambung itu. Dan kejadian sama seperti kegiatan sebelumnya.
10. Bibir; induk canang letakkan atas bibir yang berbatas dengan hidung. Anak canang dilambungkan ke udara, dan melakukan seperti pekerjaan sebelumnya.
11. Lambung; induk dan anak canang dipegang oleh satu tangan. Induk canang dilambung dulu, dan saat induk canang di udara lambung pula anak canang itu. Ketika anak canang masih berada di udara sambar induk canang dan langsung memukul anak canang yang masih di udara itu.
12. Ngulang; bila sudah selesai membawa no. 1 sampai dengan no. 11 maka yang kedua kalinya permainan di ulang dari yang pertama lagi oleh teman regu berikutnya hingga berjalan terus dari 1 sampai 11. Peraturannya pun berlaku seperti biasanya hingga permainan berakhir seluruhnya.
Pertukaran Membawa
- Jika pihak kawan batal semua, maka membawa pindah ke pihak lawan. Sedang pihak pembawa bertukar menjadi pihak penjaga. Peraturan ini berlaku untuk permainan berudung atau beregu.
- Bila main beraja, setiap batal yang ke-1, tukar dengan ke-2, ke-3 dan seterusnya hingga bertemu lagi pada giliran membawa yang ke-1.
Penerus Permainan
Yang meneruskan permainan kawan, yakni kawan nomor berikut, dengan meneruskan saja permainan teman sebelumnya dan tidak perlu mengulang dari urutan no. 1. Ia cukup menyambung nomor-nomor kegagalan temannya yang terdahulu saja.
Menentukan Kalah Menang
* Barang siapa yang mengumpulkan nilai seperti yang telah dijanjikan, maka regu itulah yang keluar sebagai pemenang. Demikian juga bila main beraja yang terdahulu mencapai nilai seperti yang disepakati, keluar sebagai pemenang. Diikuti oleh pemenang ke-2 ke-3 dan seterusnya hingga tinggal yang kalah.
* Yang kalah biasanya disebut ”lengit” dan harus mendukung yang menang satu persatu sepanjang lapangan tempat bermain yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pada mulanya permainan canang ini tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat nelayan dan peladang (berkebun). Karena bahan permainan dengan mudah diperdapat dipersekitarannya, yaitu ujung-ujung kayu, bambu-bambu dan lainnya yang boleh dibuat untuk main canang. Kemudian permainan ini berkembang dan digemari oleh anak-anak kaum bangsawan terutama putera-putera Datuk pada sekitar abad ke delapan bebas.
Tidaklah mengherankan jika kemudian permainan ini tidak hanya terlibat di perkampungan tetapi juga di halaman-halaman rumah Datuk-Datuk atau kaum bangsawan lainnya. Dengan demikian para pemain anak kampung selalu pula diajak oleh anank-anak bangsawan itu untuk bermain, mungkin karena kekurangan lawan.
Oleh karena permainan mengandung kecergasan dan keahlian, memang lebih banyak diminati oleh anak-anak lelaki dari pada anak perempuan. Kemudiannya permainan ini semakin berkembang hingga masuk pada zaman sekolahan. Sedangkan di beberapa daerah atau tempat lain ada juga permainan yang serupa ini, ada yang menyebutnya Patok Lele atau Tuk Lele. Pada intinya permainan ini hampir sama, kalaupun ada perbedaan tidaklah begitu banyak.
4.3.a Waktu dan Tempat Permainan
Mainan Canang adalah permainan rakyat untuk mengisi waktu senggang di sore hari yang dimainkan anak laki-laki bahkan juga dimainkan orang dewasa. Ada pula dimainkan oleh anak perempuan, tetapi sebaiknya anak perempuan tidak melakukannya, karena dianggap agak kurang patut.
Dahulunya dalam perayaan hari-hari tertentu selalu diisi dengan kemeriahan para anak-anak atau pemuda bermain canang, karena boleh dikata permainan ini sangat di gemari.
Sedikit tanah lapang yang memanjang seperti jalan, meskipun agak tebing (mereng/miring) tiadalah menjadi hambatan. Di kiri-kanan jalan itulah biasanya penonton menyaksikan permainan itu. Permainan ini memanglah dianggap sangat berbahaya, karena pemainnya menggunakan potongan kayu yang dipukul-pukul hingga melenting jauh dan deras. Jika lentingan anak kayu atau anak canang itu mengenai mata, dapatlah mendatangkan bahaya kebutaan. Sehinggakan sebagian orang tua melarang anak-anaknya untuk bermain canang. Namun main canang tetap saja merupakan permainan anak-anak yang digemari.
4.3.b. Peralatan/Perlengkapan Permainan
Permainan Canang ada dua cara, yaitu boleh perorangan dan boleh pula kepada perkumpulan (regu). Alatnya adalah sebatang kayu bulat (kira-kira sebesar tangkai sapu atau lebih besar sedikit) yang dipotong dua. Potongan yang satu lebih panjang ukurannya yang disebut induk canang sedangkan satunya lagi lebih pendek yang disebut anak canang.
Lapangan permainan cukup merupakan sebuah lapangan, tepi pantai atau jalan, tetapi sebaiknya tidak mengganggu pada kepentingan orang ramai. Kemudian tentukan pada tempat bermain yaitu pusat permainan dan tempat berjaga. Di pusat permainan dibuat Lubang Canang sekira ukuran sejengkal. Antara pusat permainan dengan tempat berjaga diperbuat sebuah garis yang disebut garis benteng.
Gambar
Skets lapangan dan lubang canang
4.3.c. Jalannya Permainan
Jika main beraje atau perorangan yang membawa berturut-turut dari yang ke–1, ke–2, dan seterusnya; setelah yang terdahulu mati. Sedangkan kalau bermain berudung atau beregu, yang membawa berikut seregu-seregu:
• (a) pembawa, bila mati diteruskan oleh temannya (b), demikian juga (b) bila mati diteruskan lagi oleh kawan seregunya (c) dan seterusnya, sampai semua kawan seregu selesai membawa semua.
• Pembawa (b), meneruskan permainan (a) hingga nomor matinya, demikian juga (c) meneruskan nomor mati temannya si (b), dan seterusnya sehingga dapat menyelesaikan permainan hingga gim (game) atau pun pindah membawa oleh lawan bermain.
Tukar membawa.
Pertukaran membawa antara dua regu bermain, ialah setelah regu lawannya setelah regu lawannya mati semua; dan bertukar lagi bila yang membawa inipun mati pula.
Penentuan si Pembawa Permulaan.
Penentuan si pembawa, dilakukan dengan sut. Regu yang menang membawa, dan yang kalah menjaga.
Gim
Gim, ditentukan secara mufakat sesaat sebelum permainan dilangsungkan; ada gim 1000, dan boleh pula lebih, tetapi sebaiknya tidak melebihi gim 3000.
Urutan permainan.
1. Mencuit; Anak canang dilintangkan pada lubang canang, lalu di-Cuit dengan induk canang. Saat anak canang melayang, si penjaga boleh menangkapnya di udara. Dan bila dapat lalu bawa lari dan tancap pada benteng sebelah garis batas. Bila berhasil, nilai bagi penjaga 2, dan sipembawa batal, lalu diteruskan oleh temannya. Tatkala penjaga membawa lari anak canang tadi, pihak pembawa boleh merebutnya. Bila dapat direbut, maka sipenjaga hanya dapat nilai 1 pembawa boleh terus melakukan permainan. Bila anak canang yang melayang tadi dapat disambut, maka sipenjaga menikamkan anak canang itu dari tempat jatuhnya ke lubang canang; bila tikaman itu mengenai induk canang yang dilintangkan di lubang canang selepas si pembawa mencuit tadi maka pembawa batal. Permainan pun bergeser ke pembawa berikutnya. Bila tak mengenai sasaran yang dituju oleh penjaga, maka sipembawa langsung meneruskan permainannya.
2. Nyanang; anak canang dilambung lalu dipukul dengan Induk Canang. Sementara anak canang melayang di udara, si penjaga boleh menyambut. Kalau berhasil nilainya satu untuk penjaga. Permainan ini berlaku seperti pada waktu mencuit, yakni anak canang itu dibawa lari ke benteng lalu ditancapkan di sana. Kalau kena, si penjaga mendapat nilai dua sedangkan pembawa batal atau mati. Bila penjaga tak berhasil menangkap anak canang itu maka si penjaga melemparkan anak canang itu ke arah si pembawa. Pembawa memukul anak canang yang sedang melayang di udara itu dengan induk canang di tangannya. Bila tak kena, ia batal membawa (mati) lalu diteruskan oleh teman seregunya. Bila kena pukulan si pembawa itu, nilai dapat dihitung dari lubang canang ke tempat anak canang yang jatuh itu, dengan ukuran sepanjang induk canang.
3. Ngidup api; anak canang di sandarkan sekitar 30 derajat pada lubang Canang, lalu dipukul dengan induk canang secara menitik supaya anak canang itu melenting, dan lentingan yang melayang diudara itu lalu dipukul pula dengan induk canang. Bila pukulan ini meleset atau tak melewati garis benteng, maka ngidup api tersebut diulang sampai 3 kali. Setelah berhasil, maka jarak jatuh anak canang itu diukur dari lubang canang dengan sepanjang induk canang untuk mengambil nilai. Bila penjaga dapat menangkap, nilainya satu. Dan bila ia berhasil mencecah ke benteng nilainya 2, pembawanya batal.
4. Melengkang; anak canang dilambung dengan tangan kanan melalui bawah kelengkang dari belakang ke depan, lalu dipukul dengan induk canang. Bila kena tapi tak melewati garis benteng si pembawa batal (mati). Bila kena dan melewati garis benteng, maka jarak jatuh anak canang diukur dengan induk canang ke lubang canang seperti tatkala nyanang juga, untuk mengumpul nilai. Waktu anak canang melayang di udara (setelah dipukul), bila dapat disambut oleh penjaga ia mendapat nilai satu, dan bila dapat dibawa lari menancap ke benteng nilai 2; berlaku juga seperti waktu nyanang sebelumnya.
5. Minggang; tangan kiri memegang siku kanan, pas di belakang pinggang. Saat itu juga anak canang dengan induk canang di pegang satu tangan, tangan kanan. Anak canang dilambung, lalu dipukul dengan induk canang. Bila terkena dan melewati garis benteng lalu dihitung dengan ukuran induk canang untuk mendapatkan nilai, seperti waktu melengkang, bila tak melewati garis benteng pembawa batal. Tetapi tatkala anak canang melayang di udara, dan dapat disambut oleh penjaga, ia mendapat nilai 1, dan pembawa masih terus membawa sebab tidak dianggap mati. Penjaga juga boleh berlari merebut benteng akan mencecah atau menancapkan anak canang itu seperti waktu melengkang juga. Bila berhasil si penjaga mendapatkan nilai 2, dan si pembawa batal. Pada saat yang seperti itu si pembawa boleh mencegah dan bergumul untuk merebut anak canang di tangan penjaga tersebut supaya ianya jangan dimatikan sebagai pembawa.
6. Mbau; induk canang diletakkan di bahu kanan, anak canang dilambung. Ambil serentak induk canang langsung memukul anak canang yang di udara. Bila terkena dan melewati garis benteng, dapatlah diukur dari lubang canang tempat anak canang itu jatuh untuk menambah nilai. Bila penjaga mendapat menyambut, ia mendapat nilai 1, dan bila langsung dapat membawa lari serta menancapkan di benteng nilainya 2 seperti juga peraturan pada saat minggang dan melengkang.
7. Nelinga; induk canang letakkan di telinga kanan dan anak canang di lambung. Ketika sedang di udara segera ambil induk canang di telingan tadi lalu memukul anak canang tersebut. Bila terkena serta melewati garis benteng, maka di hitung nilai dengan ukuran induk canang dari lubang canang ke tempat anak canang itu jatuh. Bila anak canang yang dipukul itu tidak melewati garis benteng, maka si pembawa batal (mati). Penjaga berusaha menyambut anak canang ketika melayang di udara, dan bila dapat disambut nilainya 1. Bila penjaga dapat memenangi peraturan merebut benteng untuk menancapkan anak canang yang disambarnya itu, ia akan mendapatkan nilai 2, dan si pembawa batal (mati).
8. Kepala; induk canang diletakkan atas kepala, dan anak canang di lambung. Waktu melambung anak canang itu segera ambil induk canang di kepala itu, dan langsung memukul anak canang yang di udara. Dan hal yang sedemikian sama juga dilakukan seperti kegiatan sebelumnya.
9. Ngidung ; induk canang letakkan ke pangkal hidung, dekat antara dua mata. Anak canang dilambung lalu dipukul dengan induk canang yang segera diambil dari pangkal hidung, lalu memukul anak canang yang sedang melambung itu. Dan kejadian sama seperti kegiatan sebelumnya.
10. Bibir; induk canang letakkan atas bibir yang berbatas dengan hidung. Anak canang dilambungkan ke udara, dan melakukan seperti pekerjaan sebelumnya.
11. Lambung; induk dan anak canang dipegang oleh satu tangan. Induk canang dilambung dulu, dan saat induk canang di udara lambung pula anak canang itu. Ketika anak canang masih berada di udara sambar induk canang dan langsung memukul anak canang yang masih di udara itu.
12. Ngulang; bila sudah selesai membawa no. 1 sampai dengan no. 11 maka yang kedua kalinya permainan di ulang dari yang pertama lagi oleh teman regu berikutnya hingga berjalan terus dari 1 sampai 11. Peraturannya pun berlaku seperti biasanya hingga permainan berakhir seluruhnya.
Pertukaran Membawa
- Jika pihak kawan batal semua, maka membawa pindah ke pihak lawan. Sedang pihak pembawa bertukar menjadi pihak penjaga. Peraturan ini berlaku untuk permainan berudung atau beregu.
- Bila main beraja, setiap batal yang ke-1, tukar dengan ke-2, ke-3 dan seterusnya hingga bertemu lagi pada giliran membawa yang ke-1.
Penerus Permainan
Yang meneruskan permainan kawan, yakni kawan nomor berikut, dengan meneruskan saja permainan teman sebelumnya dan tidak perlu mengulang dari urutan no. 1. Ia cukup menyambung nomor-nomor kegagalan temannya yang terdahulu saja.
Menentukan Kalah Menang
* Barang siapa yang mengumpulkan nilai seperti yang telah dijanjikan, maka regu itulah yang keluar sebagai pemenang. Demikian juga bila main beraja yang terdahulu mencapai nilai seperti yang disepakati, keluar sebagai pemenang. Diikuti oleh pemenang ke-2 ke-3 dan seterusnya hingga tinggal yang kalah.
* Yang kalah biasanya disebut ”lengit” dan harus mendukung yang menang satu persatu sepanjang lapangan tempat bermain yang telah dipersiapkan sebelumnya.