Pekerjaan kepada upacara yang disebut Berjejak Tanah, dilakukan sebelum seorang anak itu menjejakkan kakinya ke tanah. Upacara memijak tanah, setengah orang disejalankan dengan upacara cukur rambut. Sebab di antara kedua upacara hampir sama, yang membedakan hanyalah kepada mengambil seceper tanah yang diambil dari halaman mesjid atau surau. Pada acara memijak tanah kedua kaki anak itu dipijakkan di atas ceper yang berisikan tanah tersebut.
Tujuan upacara memijak tanah, kononnya supaya anak itu tiadalah diganggu oleh jembalang tanah. Sebab tanah selalunya ada jembalang tanah yang suka mengganggu anak-anak. Jika upacara ini sudahpun dilakukan, maka merasa senang dan tenanglah hati kedua orang tua dan tiadalah ragu-rau ketika anaknya bermain-main di tanah.
Sedangkan pekerjaan yang serupa itu, di Kepulauan Riau, terutamanya di Pulau Penyengat upacara berjejak tanah ini ialah dengan membawa sang anak ke mesjid untuk meletakkan telapak kakinya pada seceper pasir Mekkah yang disimpan dalam mesjid itu. Menurut ceritanya pasir dari negeri Mekkaj yang tersimpan dalam Mesjid di Pulau Penyengat itu dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua.
Maksudnya dengan menjalankan hal yang sedemikian itu, tentulah terkandung hasrat dan harapan, bahwa setiap anak Melayu pada sesuatu ketika kelak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan Haji, menjejakkan kakinya ke Tanah Mekkah.
Baik di dalam upacara memotong rambut maupun memijak tanah, si anak selalulah dihiasi dengan pakaian yang indah semata. Demikian menurut kepada yang patut, adat resam yang telah sedia ada dikerjakan oleh orang tua dahulunya serta anak cucu keturunan.
Tujuan upacara memijak tanah, kononnya supaya anak itu tiadalah diganggu oleh jembalang tanah. Sebab tanah selalunya ada jembalang tanah yang suka mengganggu anak-anak. Jika upacara ini sudahpun dilakukan, maka merasa senang dan tenanglah hati kedua orang tua dan tiadalah ragu-rau ketika anaknya bermain-main di tanah.
Sedangkan pekerjaan yang serupa itu, di Kepulauan Riau, terutamanya di Pulau Penyengat upacara berjejak tanah ini ialah dengan membawa sang anak ke mesjid untuk meletakkan telapak kakinya pada seceper pasir Mekkah yang disimpan dalam mesjid itu. Menurut ceritanya pasir dari negeri Mekkaj yang tersimpan dalam Mesjid di Pulau Penyengat itu dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua.
Maksudnya dengan menjalankan hal yang sedemikian itu, tentulah terkandung hasrat dan harapan, bahwa setiap anak Melayu pada sesuatu ketika kelak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan Haji, menjejakkan kakinya ke Tanah Mekkah.
Baik di dalam upacara memotong rambut maupun memijak tanah, si anak selalulah dihiasi dengan pakaian yang indah semata. Demikian menurut kepada yang patut, adat resam yang telah sedia ada dikerjakan oleh orang tua dahulunya serta anak cucu keturunan.