Inilah salah satu peristiwa yang luar biasa, sesuatu hal yang menunjukan kebesaran Allah SWT. Yang telah menjadi kehendak-Nya Yang Rahman dan Rahim. Hal ini sesuai dengan firman-Nya: “Tiadalah sepatutnya Tuhan mengambil anak, Maha Suci Dia, apabila dia memutuskan suatu urusan hanyalah Dia berkata ; Jadilah lalu jadi.” (Surah Maryam – ayat 35)
Setelah genap bilangan bulan dan hariannya, selama kurang lebih sembilan purnama, lazimnya disebutkan kepada “Sembilan Bulan Sembilan (separuh) Hari” bayi tumbuh di dalam rahim sang bunda. Sekarang tibalah saatnya manusia baru itu untuk melangkah ke dunianya yang baru pula.
Tempat melahirkan biasanya dipakai ruang tengah, kerana ruang tengah lebih lapang dari pada ruang bilik. Ruangan yang lapang sangat diperlukan sebagai tempat melahirkan kerana untuk lebih mudah meletakkan berbagai perlengkapan.
Kononnya, ada pula kepercayaan orang-orang tua dahulu kala, ada hantu atau setan yang suka datang pada masa perempuan bersalin kerena hendak memakan darah perempuan itu, oleh sebab itu kepercayaan yang demikian itu maka “jadi teradat pada masa itu” untuk menggantungkan di bawah rumah secekak daun mengkuang yang berduri untuk menjadi penghalang atau mencegah hantu itu daripada menghampiri. Gantungan daun mengkuang berduri itu diletakkan betul-betul pada sebelah bawah tempat perempuan yang baru bersalin itu tidur. Kemudian ada pula yang melakukan sesuatu pekerjaan di depan pintu bilik atau rumah tempat orang beranak itu dicalit-pangkah dengan kapur yang disertai dengan jampi-serapahnya. Kemudiannya ada pula yang melakukan kerja seperti berikut, yaitu beberapa hari sebelum saat melahirkan tiba, tepat di bawah rumah tempat melahirkan itu diletakkan beberapa benda seperti:
- Sebutir nyiur (kelapa) tua,
- Sebuah patil (alat yang dipakai untuk memperhalus papan)
- Sebatang pokok pandan berduri,
- Sebatang pokok mali-mali berduri,
Adapun cara meletakkan benda-benda tersebut ialah, patil ditancapkan pada buah nyiur, kemudian diletakkan di bawah rumah tempat melahirkan. Pokok pandan berduri diletakkan di samping buah nyiur. Pokok mali-mali berduri di potong pendek-pendek kemudian diselipkan di bawah papan tempat melahirkan. Kononnya benda-benda tersebut sebagai penangkal untuk menghalau sejenis hantu penghisap darah orang sedang melahirkan yang dikenal dengan nama hantu penanggal. Apabila hantu penanggal itu sampai dapat menghisap darah orang perempuan yang tengah bersalin, maka perempuan itu akan tumpah darah dan kemungkinan akan meninggal kerana kehabisan darah.
Selain kelengkapan yang diletakkan dibawah rumah tempat melahirkan itu, hendaklah dipersiapkan pula kelengkapan lainnya pada saat bersalin, yaitu antar lain:
- satu baskom air panas suam kuku
- sabun mandi bayi (zat untuk membersihkan)
- sepotong rotan atau bambu yang telah ditajamkan
- obat untuk pusat
Catatan, obat untuk pusat. Bahan-bahannya:
- daun sirih
- kulit durian kering
- arang para
- beberapa butir bawang merah
Cara membuatnya:
Daun sirih dilumatkan, kulit durian kering dibakar sampai hangus kemudian digiling sampai halus. Arang para dihaluskan, bawang merah dilumatkan. Kemudian dicampur menjadi satu.
Selain itu juga dipersiapkan kelengkapan lainnya yang dipergunakan setelah melahirkan, yaitu:
- Beberapa ulas cekur (kencur)
- Sepotong kayu sepang
- Air madu
- Periuk tanah
- Beberapa keping uang logam
- Sedikit asam-garam
- Sedikit minyak nyiur
- Dan sepotong kunyit
Sedangkan untuk menyambut si bayi dipersiapkan pula kelengkapan untuk tempat tidurnya seperti:
- Sebuah talam terbuat dari tembaga
- kain sarung sebanyak tujuh lembar
- uang logam (dulu pakia uang logam Inggeris 44 sen)
- beras secukupnya (ada juga yang menggunakan kacang hijau)
Beras yang diletakkan di dalam talam dengan rata, kemudian diletakkan uang logam secara tersebar. Setelah itu dialas pula dengan kain yang tujuh helai itu. Lalu diletakkan bantal dan guling kecil dua buah. Inilah tempat tidur bayi sampai berusia 44 hari.
Setelah kelengkapan untuk menyambut bayi dipersiapkan, kita berikan tumpuan kepada kelengkapan si emak, yang dipergunakan setelah bersalin, yaitu:
- gelang emas
- sehelai kain
- sebuah kemiri
- sebatang kayu
- sedikit beras
- sekapur sirih (yang telah dijampi)
- seutas tali yang dibuat dari kulit pohon terap
- sebuah batu giling
- bantal dan kasur
Sedangkan untuk katil atau tempat tidur, dipersiapkan sedemikian rupa, di antaranya dipersiapkan bantal yang disusun agak tinggi yang dapat dipergunakan untuk sandaran (setelah melahirkan).
Sebelum melahirkan, tali yang terbuat dari kulit pohon terap itu diikatkan di langit-langit bilik yang sekira-kiranya di atas katil atau tempat tidur itu dapat terjangkau oleh si emak yang sekiranya hendak bangkit ataupun bangun (setelah melahirkan). Begitupun halnya dengan batu giling di letakkan sekira di ujung kaki ketika berbaring yang gunanya sebagai landasan kaki ketika hendak bangun (setelah melahirkan). Sedangkan perlengkapan yang lain seperti sekapur sirih, buah kemiri, beras, gelang emas, dan paku tadi dibungkus dengan kain lalu diikatkan tergantung pada tali terap yang telah tersedia. Perbuatan yang sedemikian kononnya sebagai penangkal atau penghalau hantu ataupun mahluk halus yang suka mengganggu ketika seseorang melahirkan.
Kemudiannya sekira saat hendak bersalin, terkadang sang calon emak juga telah mengeluarkan tanda-tanda bersalin yaitu terasa sakit pada perutnya dan juga pada pinggangnya hinggalah kebawah perut yang kerap pula diikuti dengan cairan yang keluar (air ketuban yang pecah). Pada saat telah sampai pada tanda hendak bersalin, sudah patutlah menjemput Tuk Bidan atau Mak Bidan untuk membantu persalinan. Kemudian orang-orang ataupun ahli keluarga yang berada dirumah tempat perempuan yang akan bersalin, hendaklah bertenang tetapi tetap bersiaga untuk memberikan bantuan termasuk menyiapkan air hangat yang dipergunakan untuk memandikan si bayi, kelak.
Menurut adat resam, ada dua orang yang menjadi Tuk (Mak) Bidan dalam membantu persalinan. Yaitu Tuk (Mak) Bidan bagian atas yang bertugas membersihkan badan sang emak. Sedangkan Tuk (Mak) Bidan bagian bawah berfungsi menyambut bayi dengan air hangat (suam kuku), selain itu juga membersihkan tembuni.
Setelah genap bilangan bulan dan hariannya, selama kurang lebih sembilan purnama, lazimnya disebutkan kepada “Sembilan Bulan Sembilan (separuh) Hari” bayi tumbuh di dalam rahim sang bunda. Sekarang tibalah saatnya manusia baru itu untuk melangkah ke dunianya yang baru pula.
Tempat melahirkan biasanya dipakai ruang tengah, kerana ruang tengah lebih lapang dari pada ruang bilik. Ruangan yang lapang sangat diperlukan sebagai tempat melahirkan kerana untuk lebih mudah meletakkan berbagai perlengkapan.
Kononnya, ada pula kepercayaan orang-orang tua dahulu kala, ada hantu atau setan yang suka datang pada masa perempuan bersalin kerena hendak memakan darah perempuan itu, oleh sebab itu kepercayaan yang demikian itu maka “jadi teradat pada masa itu” untuk menggantungkan di bawah rumah secekak daun mengkuang yang berduri untuk menjadi penghalang atau mencegah hantu itu daripada menghampiri. Gantungan daun mengkuang berduri itu diletakkan betul-betul pada sebelah bawah tempat perempuan yang baru bersalin itu tidur. Kemudian ada pula yang melakukan sesuatu pekerjaan di depan pintu bilik atau rumah tempat orang beranak itu dicalit-pangkah dengan kapur yang disertai dengan jampi-serapahnya. Kemudiannya ada pula yang melakukan kerja seperti berikut, yaitu beberapa hari sebelum saat melahirkan tiba, tepat di bawah rumah tempat melahirkan itu diletakkan beberapa benda seperti:
- Sebutir nyiur (kelapa) tua,
- Sebuah patil (alat yang dipakai untuk memperhalus papan)
- Sebatang pokok pandan berduri,
- Sebatang pokok mali-mali berduri,
Adapun cara meletakkan benda-benda tersebut ialah, patil ditancapkan pada buah nyiur, kemudian diletakkan di bawah rumah tempat melahirkan. Pokok pandan berduri diletakkan di samping buah nyiur. Pokok mali-mali berduri di potong pendek-pendek kemudian diselipkan di bawah papan tempat melahirkan. Kononnya benda-benda tersebut sebagai penangkal untuk menghalau sejenis hantu penghisap darah orang sedang melahirkan yang dikenal dengan nama hantu penanggal. Apabila hantu penanggal itu sampai dapat menghisap darah orang perempuan yang tengah bersalin, maka perempuan itu akan tumpah darah dan kemungkinan akan meninggal kerana kehabisan darah.
Selain kelengkapan yang diletakkan dibawah rumah tempat melahirkan itu, hendaklah dipersiapkan pula kelengkapan lainnya pada saat bersalin, yaitu antar lain:
- satu baskom air panas suam kuku
- sabun mandi bayi (zat untuk membersihkan)
- sepotong rotan atau bambu yang telah ditajamkan
- obat untuk pusat
Catatan, obat untuk pusat. Bahan-bahannya:
- daun sirih
- kulit durian kering
- arang para
- beberapa butir bawang merah
Cara membuatnya:
Daun sirih dilumatkan, kulit durian kering dibakar sampai hangus kemudian digiling sampai halus. Arang para dihaluskan, bawang merah dilumatkan. Kemudian dicampur menjadi satu.
Selain itu juga dipersiapkan kelengkapan lainnya yang dipergunakan setelah melahirkan, yaitu:
- Beberapa ulas cekur (kencur)
- Sepotong kayu sepang
- Air madu
- Periuk tanah
- Beberapa keping uang logam
- Sedikit asam-garam
- Sedikit minyak nyiur
- Dan sepotong kunyit
Sedangkan untuk menyambut si bayi dipersiapkan pula kelengkapan untuk tempat tidurnya seperti:
- Sebuah talam terbuat dari tembaga
- kain sarung sebanyak tujuh lembar
- uang logam (dulu pakia uang logam Inggeris 44 sen)
- beras secukupnya (ada juga yang menggunakan kacang hijau)
Beras yang diletakkan di dalam talam dengan rata, kemudian diletakkan uang logam secara tersebar. Setelah itu dialas pula dengan kain yang tujuh helai itu. Lalu diletakkan bantal dan guling kecil dua buah. Inilah tempat tidur bayi sampai berusia 44 hari.
Setelah kelengkapan untuk menyambut bayi dipersiapkan, kita berikan tumpuan kepada kelengkapan si emak, yang dipergunakan setelah bersalin, yaitu:
- gelang emas
- sehelai kain
- sebuah kemiri
- sebatang kayu
- sedikit beras
- sekapur sirih (yang telah dijampi)
- seutas tali yang dibuat dari kulit pohon terap
- sebuah batu giling
- bantal dan kasur
Sedangkan untuk katil atau tempat tidur, dipersiapkan sedemikian rupa, di antaranya dipersiapkan bantal yang disusun agak tinggi yang dapat dipergunakan untuk sandaran (setelah melahirkan).
Sebelum melahirkan, tali yang terbuat dari kulit pohon terap itu diikatkan di langit-langit bilik yang sekira-kiranya di atas katil atau tempat tidur itu dapat terjangkau oleh si emak yang sekiranya hendak bangkit ataupun bangun (setelah melahirkan). Begitupun halnya dengan batu giling di letakkan sekira di ujung kaki ketika berbaring yang gunanya sebagai landasan kaki ketika hendak bangun (setelah melahirkan). Sedangkan perlengkapan yang lain seperti sekapur sirih, buah kemiri, beras, gelang emas, dan paku tadi dibungkus dengan kain lalu diikatkan tergantung pada tali terap yang telah tersedia. Perbuatan yang sedemikian kononnya sebagai penangkal atau penghalau hantu ataupun mahluk halus yang suka mengganggu ketika seseorang melahirkan.
Kemudiannya sekira saat hendak bersalin, terkadang sang calon emak juga telah mengeluarkan tanda-tanda bersalin yaitu terasa sakit pada perutnya dan juga pada pinggangnya hinggalah kebawah perut yang kerap pula diikuti dengan cairan yang keluar (air ketuban yang pecah). Pada saat telah sampai pada tanda hendak bersalin, sudah patutlah menjemput Tuk Bidan atau Mak Bidan untuk membantu persalinan. Kemudian orang-orang ataupun ahli keluarga yang berada dirumah tempat perempuan yang akan bersalin, hendaklah bertenang tetapi tetap bersiaga untuk memberikan bantuan termasuk menyiapkan air hangat yang dipergunakan untuk memandikan si bayi, kelak.
Menurut adat resam, ada dua orang yang menjadi Tuk (Mak) Bidan dalam membantu persalinan. Yaitu Tuk (Mak) Bidan bagian atas yang bertugas membersihkan badan sang emak. Sedangkan Tuk (Mak) Bidan bagian bawah berfungsi menyambut bayi dengan air hangat (suam kuku), selain itu juga membersihkan tembuni.