Sempurna kerja karena bersama.
Sempurna helat karena mufakat.
Berdiri marwah karena musyawarah.
Tegak adat karena mufakat.
Selanjutnya Pujangga Besar Melayu Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 pada pasal pertama berpesan
barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
barang siapa mengenal yang empat
maka yaitulah orang yang makrifat
barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan tuhan yang bahri
barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia mudharat
Demikianlah juga dalam kehidupan masyarakat Melayu yang mengikut kepada aturan ataupun ketentuan yang ada, baik yang tersirat maupun yang tersurat dari orang-orang tua kita dahulu yang kemudian kita kenal dengan adat resam dan tradisi Melayu. Adapun adat resam tersebut bolehlah dikatakan ianya mencakup hampir kepada semua sisi dan aspek kehidupan itu sendiri.
Berkurun waktu kita mengikut kepada aturan dan tata cara serta tunjuk ajar dari adat resam tersebut yang memang mengacu kepada ajaran agama Islam. Hal yang sedemikian rupa itu menjadikan masyarakat Melayu lebig beradat dan berbudaya. Oleh karenanya dpaat mengangkat marwah orang Melayu itu sendiri.
Akan tetapi ketika kita dihadapkan pada suatu dilemma kultural, yang disebabkan oleh arus globalisasi dan kemajuan zaman yang tak tertahankan, maka akan sangat dikhawatirkan boleh berpengaruh terhadap keberadaan adat dan kebudayaan yang sakral tersebut. Hal yang sedemikian itu sebahagiannya telah terlihat di depan mata kita, yang bukan tidak mungkin di suatu waktu nanti justru menghancurkan sendi-sendi dari kekuatan adat, seni dan budaya yang kita miliki selama ini. Itu sebabnya kita harus tetap berusaha keras untuk tetap melestarikan adat resam dan mengembangkan seni budaya daerah. Hal ini sesuai dengan arah dan adat dasar kebijaksanaan kebudayaan bangsa dalam perwujudan pengembangan kebudayaan nasional yang terus berkembang dengan landasan pucak kebudayaan daerah.
Apa-apa yang terdapat dalam kitab "butang emas" ini paling tidaknya telah memberikan suatu acuan dan muatan akan fi'il, kelaku dan perangai orang Melayu sejak mulai dalam kandungan, melahirkan, masa kanak, masa akhil baligh, perkawinan, dan kembali kepada Sang Penciptanya Allah SWT dengan segala adat tradisi dan seni budayanya. Hal ini semua menurut kepada apa-apa yang telah diperbuat oleh orang-orang tua kita dahulunya, risalah-risalah lama yang dirangkaikan, yang kemungkinan sebahagiannya tiada diketahui lagi oleh orang-orang muda di zaman sekarang. Tentulah akan sangat besar artinya bagi kita sebagai orang Melayu pada hari ini.